Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Tragedi KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba kawasan Simanindo-Tigaras, Senin (18/6/2018) menyisakan duka mendalam khususnya bagi keluarga korban. Masyarakat pun diminta untuk tidak mengait-ngaitkan kecelakaan itu dengan hal-hal berbau mistis.
Hal itu disampaikan salah seorang pemerhati budaya Batak dari Komunitas Sejarah dan Budaya Batak Toba, Rinto Sianturi. Rinto menyinggung sejumlah postingan di media sosial yang marak mengaitkan peristiwa itu dengan hal-hal tidak rasional.
"Semua tahu yang terjadi adalah human error antara lain overload kapasitas dan standar pengamanan yang tidak memadai. Di samping itu cuaca memang sedang buruk. Dimana angin kencang yang memicu gelombang besar dan tinggi," katanya pada medanbisnisdaily.com, Kamis (21/6/2018)
Bukan menafikan kearifan lokal, tapi rasa empati perlu ditunjukkan dengan sesuatu yang konkrit, lanjutnya.
Sebelumnya, beredar informasi viral di media sosial tentang temuan ikan mas rakasasa di kawasan Tao Silalahi, Dairi. Begitu juga dengan postingan terkait sosok penunggu di kawasan Simanindo-Tigaras.
Sebaliknya ada juga postingan video tentang kuatnya angin di Danau Toba di wilayah Silalahi. Secara sains danau Silalahi dan juga wilayah Simanindo-Tigaras termasuk wilayah Danau Toba yang paling dalam dan diduga di dasarnya banyak palung yang bisa saja memicu pusaran air.
Sejauh ini sudah 24 orang yang ditemukan, tiga di antaranya dalam keadaan tidak bernyawa.