Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) menilai perang dagang yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dengan China tidak menghambat laju kinerja ekspor Indonesia.
Tercatat per Mei 2018, kinerja ekspor Indonesia mencapai US$ 16,12 miliar atau meningkat 10,90% dibandingkan April 2018, sedangkan dibandingkan Mei 2017 meningkat 12,47%.
"Pangsa ekspor kita tidak berubah, 15,05% tertuju ke China nilainya US$ 10,25 miliar, disusul AS 10,91% nilainya US$ 7,43 miliar, dan Jepang 10,09% nilainya US$ 6,87 miliar," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantor pusat BPS, Jakarta, Senin (25/6).
Sedangkan untuk angka kumulatifnya, Dia bilang ekspor Indonesia ke negeri tirai bambu sebesar US$ 10,25 miliar, angka ini lebih besar dibandingkan periode yang sama di 2017 yang sebesar US$ 7,80 miliar.
"Ini menunjukkan bahwa ada perang dagang ekspor kita tetap tumbuh, terutama Tiongkok menggembirakan," jelas dia.
Suhariyanto mengungkapkan, per Mei 2018 nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok bertambah US$ 278 juta. Produk yang meningkat seperti bahan bakar, besi dan baja. Sedangkan nilai ekspor ke AS bertambah US$ 143 juta di mana produknya seperti barang rajutan dan timah.
"Kalau dilihat barang-barang yang dipajakin tetap naik ekspor kita," jelas dia.
Meski demikian, Suhariyanto menyebut bahwa pemerintah harus terus memperluas negara-negara tujuan ekspor. Sebab, sampai saat ini sekitar 36,05% ekspor nasional hanya kepada tiga negara saja, yakni China, AS, dan Jepang.
"Tentunya perang dagangan ini ada sisi positif ada sisi negatif. Positifnya kita punya kesempatan untuk mengirimkan berbagai produk ke sana, tapi sisi negatif harus dijaga kemungkinan Tiongkoknya terganjal ekspor besi dan baja, jangan sampai merembes ke kita," kata pria yang akrab disapa Kecukupan. (dtf)