Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pergi 10 orang, pulang tinggal satu. Yang lainnya entah berada di mana. Meninggal atau selamat masih jadi tanda tanya besar. Hanya Yang Maha Kuasa Sang Pencipta Alam Semesta yang mengetahuinya. Tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun (18/6/2018) di perairan Danau Toba, itulah penyebabnya.
Satu orang yang selamat itu adalah Rudi Rubowo alias Bowo (22). Saat ditemui medanbisnisdaily.com di kediaman orangtuanya di Jalan Binjai KM 12, Senin (25/6/2018), ia berkisah, dari Medan, mereka berangkat camping atau berlibur menikmati keindahan alam Samosir dalam 2 kelompok.
Bowo dan tiga temannya bergabung pada kelompok kedua, berangkat pada Sabtu malam (16 /6/2018) dan tiba di Pantai Pasir Putih, di sekitar Danau Toba sekitar pukul 04.00 WIB, Minggu subuh (17/6/2018). Di sana, keenam temannya yang tiba lebih dulu telah mendirikan tenda camping, berikut seluruh perlengkapannya. Tiga di antaranya adalah perempuan.
"Di sana kami mendirikan tenda di atas lahan milik warga, minjam. Tujuan kami mau bersenang-senang, jalan-jalan ke tempat-tempat menarik untuk foto-foto, makan-makan dan sebagainya," ungkap Bowo yang masih berstatus mahasiswa semester VIII di UMSU.
Karena hobbi pencinta alam dan sering bertemu saat melakukan kegiatan keluar dan masuk hutan, di situlah mereka berkenalan pada awalnya. Hingga kemudian bersepakat melaksanakan acara camping bersama. Sampai hari Senin (18/6/2018), saat menjelang pulang menuju Kota Medan, mereka mengelilingi Pulau Samosir. Menggunakan lima unit sepeda motor berboncengan.
Ketika hendak pulang, Bowo mengaku sebenarnya lebih memilih menempuh jalur darat. Karena kalah suara, terpaksa dia mengikuti keinginan sembilan rekannya, yakni menyeberang dengan kapal penyeberangan. Mereka memilih menumpang kapal karena alasan waktu, lebih cepat.
Sekitar pukul 17.00 WIB, mereka pun naik ke atas KM Sinar Bangun. Karena penumpang yang ramai, hanya sekitar 20 menit menunggu kapal pun berlabuh. Dari Pelabuhan Simanindo (Samosir) menuju Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, diperkirakan ditempuh dalam waktu 45 menit.
"Sepedamotor kami disusun di lantai I, kami duduk di lantai III. Waktu di pinggir danau di pelabuhan situasinya tenang tak ada angin kencang atau ombak," tuturnya.
Akan tetapi ketika kapal berada lebih jauh dari Simanindo, ungkapnya, angin lebh kencang dan kapal menjadi bergoyang lebih keras dari kiri dan kanan. Oleng.
Tidak diingatnya berapa menit setelah kapal bergerak cuaca membujuk dan angin berubah jadi "buas". Begitupun seluruh penumpang berikut awak kapal tidak satupun ada yang berteriak histeris meminta kapal berhenti atau kembali ke Simanindo. Sebagian malah tertawa seperti sudah terbiasa dengan situasi tersebut.
Paparnya, angin yang kian kencang membuat kapal kian keras bergoyang dan perlahan terbalik. Seluruh penumpang terlempar keluar dari dalam kapal. Masing-masing terombang-ambing di permukaan danau, berenang dan mengapung, berusaha menyelamatkan diri.
"Awalnya saya masih berusaha berteriak minta tolong dan mencari kawan-kawan lain. Kemudian diam dan berusaha menyelamatkan diri sendiri," tuturnya.
Sepatu dan jaket yang dikenakannya dilepas agar tidak menambah berat badannya dan leluasa bergerak dan bertahan di atas permukaan Danau Toba.
"Ntah bagaimana perasaanku waktu itu aku tak ingat lagi. Tak kupikir bisa selamat dan hidup. Setelah sekitar satu jam berenang dan terapung barulah datang kapal penolong. Ke arah kami dilemparkan tali dan kemudian ditarik," kenang Bowo.
Tak diingatnya berapa orang mereka yang diselamatkan kapal tersebut. Yang pasti tak seorang pun dari 9 temannya ada bersamanya. Dari kapal penyelamat mereka kemudian dilarikan ke Klinik Simarmata. Hari Selasa sore keluarga Bowo tiba dari Medan ke klinik untuk menjemputnya.
"Setelah dilakukan acara ucapan syukur atas keselamatan kami oleh warga di sana, barulah kami boleh pulang ke Medan dan tiba pada hari Rabu (20/6/2018)," katanya.
Saat ini Bowo sudah bisa bekerja secara normal membantu usaha bengkel mobil milik keluarganya. Tak terlihat rasa kalut atau kehilangan semangat darinya pasca bencana yang nyaris merenggut nyawanya. Yang namanya bencana, ungkapnya, tidak ada manusia yang tahu. Kecuali Allah.
Bowo tetap berharap kesembilan temannya yang hilang di Danau Toba bisa ditemukan. Mereka adalah Fifi Novia Barus dan Joya yang sama-sama perempuan. Sedangkan yang laki-laki, Bimbim, Bayu, Nursain Sinaga (Kebo), Pandit dan Rizky. Hingga hari ini sudah memasuki hari kedelapan mereka belum ditemukan.