Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kota Medan sudah berumur empat abad. Medan disebut sebagai Paris van Sumatera, secara fungsi menyerupai Bandung sebagai Paris van Java. Desain kota dibuat sedemikian rupa dengan standar Eropa. Berbeda dengan Jakarta, Semarang dan Surabaya ketinggiannya setara dengan permukaan air laut sedangkan Medan 25 meter di atas permukaan laut. Karenanya tak boleh banjir.
Pengamat lingkungan, Jaya Arjuna kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (10/7/2018), menjelaskan, dari desainnya, kota ini sebenarnya memiliki keindahan dan fungsi yang mendukung bagi perkembangan kota.
Medan, katanya, adalah kota persinggahan orang-orang kaya atau tuan kebun yang datang dari Eropa, salah satunya Belanda. Mereka berhenti di Medan dan menginap di Hotel De Boer, makan dan minum di Tip Top dan belanja di The Sun yang berada di depannnya.
Tidak itu saja, kota ini juga dibangun kantor pos, stasiun kereta api, bank, Rumah Sakit Tembakau Deli dan lain sebagainya. Lalu, di Kesawan juga dibangun drainase dengan lebar lebih dari satu meter.
"Pembangunan Medan ini tidak tanggung. Standar Eropa. Lalu ada 7 sungai buatan, di antaranya Sungai Bedera, Sungai Putih, Parit Busuk. Jadi Kota Medan ini dirancang tidak boleh banjir lalu kenapa sekarang banjir? Ini karena pemerintah tak mampu mengelolaanya," katanya.
Dituturkannya, permasalahan utama banjir di Medan adalah drainase. Seringkali banjir di kota, namun sungai tidak meluap. Medan, kata dia, mengalami banjir dalam skala besar sejak tahun 2006. Dari hanya sedikit titik banjir, bertambah menjadi 80% Kota Medan menjadi titik banjir dan sekarang hampir seluruhnya terjadi banjir.
"Selama ini dilakukan banyak pengorekan parit. Pengorekan, itu mengalirkan air. Ternyata air tidak mengalir. Pengorekan itu sia-sia jadinya," katanya.
Pasalnya, terjadi sedimentasi dalam jumlah banyak di drainase. Untuk mengatasinya, sebagai kota metropolitan, Medan tak selayaknya menggunakan tenaga manusia untuk mengoreknya. Harus menggunakan teknologi,
"Harusnya pake teknologi. Ini sudah tak benar kalau masih pake orang. Prinsipnya kan mudah. Bisa dibuat. Sekarang mau tidak mengerjakannya. Medan ini memalukan sekarang ini, betah di posisi terjelek. Ada 27 kota layak huni, Medan itu di posisi ke 26, di atas Makassar," katanya.