Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Waketum Gerindra Arief Poyuono menyebut salah satu temannya dibayar untuk mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 dalam acara Rembuk Nasional Aktivis'98. Pihak Istana Kepresidenan angkat bicara.
"Kalau orang sirik artinya tanda tak mampu. Kalau presiden sampai hari ini tidak pernah berpikir mengangkat elektabilitasnya, bercampaign, saya kira tidak ada. Presiden selalu berpikir menyelesaikan tugas pelayanan kepada masyarakat, kemudian tugas yang belum selesai," ujar tenaga ahli kedeputian IV Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin saat dimintai tanggapan, Kamis (12/7).
Menurut Ngabalin, segala bentuk dukungan terhadap Jokowi adalah hal lumrah dan ia menegaskan Jokowi belum berkampanye untuk Pilpres. Ngabalin menyerahkan kepada pihak penyelenggara untuk memberikan klarifikasi.
"Ya kalau dia bisa menunjukkan sejumlah data, fakta, tentu Aktivis'98 bisa klarifikasi. Kenapa harus diarahkan kepada presiden dan Istana? Siapa saja yang mengundang presiden normal saja," ucap Ngabalin.
Sebelumnya, Poyuono menduga acara yang dihadiri oleh Jokowi tersebut digerakkan uang. Dia menyebut, Udin teman kecilnya mengaku dibayar untuk ikut aksi.
"Jadi bingung saya sama kawan-kawan yang klaim Aktivis'98 yang bikin rembuk Aktivis'98. Si Udin ngaku dibayar Rp 75 ribu," klaim Poyuono lewat broadcast melalui aplikasi WhatsApp.
Pihak Aktivis'98 membantah ada bagi-bagi uang dalam acara yang juga ada deklarasi dukungan untuk Jokowi di Pilpres itu. Dukungan kepada Jokowi disebut pihak aktivis merupakan hasil dari musyawarah yang dilakukan oleh 600 perwakilan aktivis.
"Yang pasti berita itu nggak benar. Itu cerita dalam cerita, itu sama aja kaya misalnya cerita ada temannya dulu dia nyolong mangga sama Arief Poyuono. Di mana ada gula, pasti ada semut. Nggak mampu cari panggung di sana cari di sini," ujar Ketua Panitia Rembuk Nasional Aktivis'98, Sayed Junaidi Rizal di. (dtc)