Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Pertahanan (Menhan) Rymizard Ryacudu bicara soal ancaman terorisme yang dihadapi bangsa Indonesia. Ryamizard menyebut anggaran besar akan dapat membuat penanganan terorisme lebih baik.
Ryamizard awalnya memaparkan mengenai tantangan Indonesia dalam konteks regional dan internasional. Menurut dia, Indonesia menghadapi ancaman belum nyata dan ancaman nyata.
"Pertama, ancaman yang belum nyata, itu perang antar negara, antar negara kita dengan negara lain. Ini sangat kecil dan belum terlihat apalagi kita berada di tengah saudara kita di ASEAN. Yang sudah 51 tahun berdiri menjadi tambah erat. Tidak mungkin terjadi perang," ujar Ryamizard di Islamic Centre Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (28/7).
Dia menjelaskan Indonesia tak akan mengalami peperangan sebab hubungan dengan negara lain relatif baik. Ryamizard menegaskan Indonesia juga ingin menciptakan perdamaian dunia seperti tertuang dalam konstitusi.
"Yang lain juga, di kawasan kita bersahabat, karena pada khususnya Indonesia ingin yang tertuang di dalam pembukaan UUD 1945 yaitu ikut mengamankan dunia. Jadi ancaman perang antar negara bagi Indonesia itu sangat kecil. Semua negara di sini adalah sahabat kita dan juga tercermin dalam beberapa tahun ini tidak ada gangguan, tidak ada perselisihan," paparnya.
Meski potensi perang relatif kecil, Ryamizard akan tetap mengantisipasi segala kemungkinan. Jangan sampai, menurutnya, kehormatan negara terancam.
"Memang dimensi ancaman belum nyata ini dapat berevolusi menjadi ancaman yang nyata ketika kepentingan dan kehormatan negara kita ini terusik. Baru kita melaksanakan perang. Itu pun untuk mempertahankan diri, negara ini," tuturnya.
Yang tak kalah penting, menurut Ryamizard, adalah ancaman nyata berupa terorisme hingga peredaran narkoba. Kata dia, ada beberapa ancaman yang sulit terprediksi.
"Kemudian ancaman yang nyata, nyata dan sangat nyata dan dapat terjadi sewaktu-waktu. Pertama terorisme dan radikalisme. Separatisme dan pemberontakan bersenjata. Bencana alam dan lingkungan. Perompang dan pencurian SDA, wabah penyakit, perang cyber, intelijen dan peredaran penyalahgunaan narkoba," bebernya.
Dia lalu menyinggung soal pembelian alat utama sistem pertahanan (alutsista) dengan harga yang mahal. Dia memilih uang tersebut digunakan untuk mengantisipasi serangan terorisme.
"Saya tidak terlalu bersiap-siap untuk membeli alutsista yang mahal-mahal. Kita beli Sukhoi aja itu hampir Rp 2 triliun itu. Tapi Rp 2 triliun untuk persiapan menghadapi teroris, itu luar biasa itu," ujarnya. (dtc)