Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut total 16 orang meninggal dunia akibat gempa bumi 6,4 SR di NTB. Tercatat 355 orang luka-luka.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, 11 orang meninggal dunia di wilayah Lombok Timur. Sedangkan 4 orang meninggal dunia di Lombok Utara.
"15 orang warga negara Indonesia, 1 orang warga negara asing," ujar Sutopo di Graha BNPB Jl. Pramuka Kav 38 Jakarta Timur, Senin (30/7).
Gempa juga mengakibatkan 454 rumah rusak dengan jumlah warga yang mengungsi mencapai 5.141 orang. Bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah juga sudah diberikan kepada korban gempa bumi NTB.
"Ini data sementara, pasti akan berubah terus," imbuhnya.
Sutopo menjelaskan, kawasan Lombok dan Sumbawa, NTB, memang menjadi daerah rawan gempa di Indonesia. Ada tiga faktor yang membuat wilayah tersebut rawan gempa.
"Sumber ancaman gempa berasal dari adanya sesar Flores yang memanjang dari Laut Arafuru hingga Selat Lombok di bagian utara. Kedua, jalur subduksi (pertemuan Lempeng Hindia Australia dan Eurasia) di Selatan yang bergerak rata-rata 7 cm per tahun dan sesar-sesar di daratan," ujar Sutopo.
Menurutnya, gempa bumi yang terjadi Minggu (29/7) di NTB dipicu sesar naik Flores. Sutopo mencatat setidaknya 6 kali gempa dengan kekuatan di atas 6 SR terjadi di Lombok dan Sumbawa akibat pergerakan sesar Flores.
"Beberapa kejadian gempa bumi besar di Lombok dan Sumbawa yang bersumber dari Sesar Flores. Gempa yang terjadi di Lombok antara lain 30 Mei 1979 (6,1 SR), 20 Oktober 1979 (6,2 SR), 17 Desember 1979 (6,3 SR). Sedangkan gempa yang di Sumbawa, 1 Desember 2006 (6,3 SR), 25 November 2007 (6,5 SR), November 2009 (6,6 SR),"ujar Sutopo.(dtc)