Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Masyarakat harus dilibatkan dalam pengembangan Kawasan Danau Toba (KDT). Masyarakat tidak boleh menjadi penonton. Yang paling penting, tidak boleh ada kepemilikan oleh investor asing di KDT. Selain itu perlu ada pengawasan oleh masyarakat terhadap Badan Otorita Danau Toba (BODT). Demikian kesimpulan yang mengemuka pada diskusi bertajuk "BODT untuk Siapa?" yang digelar di Literacy Coffee, Minggu malam (5/8/2018).
Kepada medanbisnisdaily.com, Senin (6/8/2018) penggagas diskusi sekaligus pengelola Literacy Coffees, Jhon Fawer Siahaan mengatakan, kedua narasumber yakni, pengamat sosial dan politik Shohibul Anshor Siregar dan Direktur FITRA Sumut, Rurita Ningrum menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dan pengawasan terhadap BODT. Diskusi dipandu oleh Karmel Simatupang dari Komunitas Jendela Toba.
Dijelaskan Jhon, menurut Shohibul, tidak boleh ada kepemilikan oleh investor asing di Kawasan Danau Toba. Masyarakat harus menjadi pelaku utama pengembangan KDT. Di sisi lain, Rurita mengakui kehadiran BODT memang diperlukan untuk mengatasi egosektoral di masing-masing kabupaten. Namun, lanjut Rurita, perlu ada pengawasan dari masyarakat terhadap badan tersebut.
Melengkapi informasi, kehadiran BODT sekarang ini memegang peranan yang cukup penting dalam pengembangan KDT. Salah satunya BODT diposisikan membawahi seluruh aktivitas wisata yang digelar di KDT sebagai perpanjangan tangan pemerintah.
Hal itupun diakui salah seorang pegiat seni Martahan Sitohang kepada medanbisnisdaily.com, belum lama ini. Martahan yang sedang mempersiapkan event seni di Samosir, oleh Kementerian terkait diminta berkordinasi dengan BODT.
"Sekarang untuk bekerjasama dengan pemerintah harus melalui BODT. Semua kegiatan yang ada kaitannya dengan wisata di Danau Toba, harus melalui BODT," katanya.