Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Trenggalek. kekeringan yang terjadi di Trenggalek terus meluas. Saat ini krisis telah melanda 12 desa yang tersebar di lima kecamatan. Bahkan salah satu sungai saat ini kondisinya kering kerontang.
Kepala Seksi (Kasi) Logistik BPBD Kabupaten Trenggalek, Putut Mahendradata, mengatakan 12 desa tersebut adalah Desa Mlinjon, Suruh, Puru, Jatiprahu, Karangan, Sumber, Bogoran, Timahan, Besuki, Cakul, Pandean dan Bendoagung.
"Dua desa terakhir yang terkena dampak itu adalah Desa Pandean Kecamatan Dongko dan Desa Bendoagung Kecamatan Kampak, untuk yang Bendoagung sudah minta air, namun belum bisa dikirim, karena dua mobil tangki kami masih rusak," kata Putut Mahendradata, Senin (20/8/2018).
Menurutnya, meskipun dua armada sedang rusak, pihaknya tetap melakukan pengiriman bantuan air bersih dengan menggunakan armada yang tersisa dengan dibagi sesuai dengan dampak kekeringan terhadap masyarakat.
Sementara Kepala Desa Mlinjon, Supriyanto, mengaku kekeringan parah rutin terjadi di desanya terutama Dusun Selorejo, warga biasanya memanfaatkan air sungai serta sumur-sumur yang ada di dekat hutan. Namun saat ini kondisinya telah menyurut drastis, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan warga.
Yang lebih parah aliran sungai Mlinjon saat ini kering total. sungai yang biasanya digunakan oleh warga tersebut sama sekali tidak ada air, seingga mirip jalan. Bahkan saat ini banyak dimanfaatkan oleh anak-anak untuk bermain layang-layang.
Kondisi sungai yang kering tersebut paling parah berada di bawah dam atau pintu air Mlinjon. Sedangkan aliran di atas pintu air masih bisa dimanfaatkan oleh warga unuk aktivitas mencuci maupun kebutuhan lain.
"Di Mlinjon ini yang terdampak kekeringan itu sekitar 200 kepala keluarga, ini rutin terjadi setia tahun. Mereka biasanya mendapatkan pasokan bantauna air bersih dari BPBD maupun para pihak lain yang membantu," ujar Supri.
Sejumlah uapaya telah dilakukan warga maupun pemerintah agar bencana kekeringan tidak terus terulang setiap tahun. Salah satunya dengan membuat sumur bor di sekitar perkampungan warga. Namun upaya tersebut selalu gagal tidak muncul air meskipun kedalaman pengeboran mencapai puluhan meter, kalaupun muncul air justru tidak layak dikonsumsi karena mengandung batubara.
"Pengeboran terakhir berhasil, namu lokasinya agak di dataran sana, yang mengebor dari ESDM Provinsi Jawa Timur dengan kedalaman mencapai 150 meter," imbuhnya.Meski demikian sumur bor tersebut masih belum bisa dimanfaatkan oleh warga, karena belum ada mesin pompa air yang dipasang. Padahal apabila berfungsi maka, sebagian besar warga yang kekeringan bisa teratasi dengan suplai air dari sumur tersebut. (dtc)