Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad membatalkan dua proyek strategis yang sedianya akan dibiayai dari pinjaman China sebesar US$ 20 miliar atau setara Rp 290 triliun.
Langkah itu diambil dengan tujuan untuk mengurangi rasio utang negeri jiran tersebut yang dinilai makin kritis. Hal itu mengacu pada kondisi ekonomi negara tersebut. Ada apa dengan kondisi keuangan Malaysia?
Mengutip reuters, Selasa (21/8/2018), hingga Maret 2018, rasio utang Malaysia tercatat sebesar 51% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Angka tersebut tergolong tinggi. Menurut kajian terbaru international monetary fund (IMF), rasio utang bisa dikatakan aman apabila masih di bawah 60% terhadap PDB.
Artinya, rasio utang Malaysia masih dikatakan aman meskipun sudah mendekati batas.
Di sisi lain, utang Malaysia tercatat masih didominasi dalam bentuk mata uang lokal. Masih mengutip Reuters, utang Malaysia tercatat 97%-nya dalam bentuk ringgit.
Hal ini menguntungkan bagi pemerintah Malaysia, lantaran lebih kuat terhadap dampak gejolak ekonomi global.
Sederhananya, bila nilai tukar Dolar AS meningkat, beban utang yang harus dibayarkan tak ikut meningkat terlalu tinggi karena kewajiban yang harus dilunasi masih berbentuk ringgit. (dtf)