Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ratusan ton ikan budi daya dalam kerambah jaring apng (KJA) yang mati di perairan Danau Toba, Kabupaten Samosir beberapa waktu lalu dipicu buruknya kondisi air Danau Toba. Akibatnya, nelayan rugi hingga Rp 6 miliar.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumatera Utara (Sumut), Mulyadi Simatupang, mengatakan, ia bersama tim saat ini sedang melakukan pengamatan visual di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir . Berdasar laporan sementara, kematian ikan diakibatkan kualitas air yang buruk.
“Di lokasi kejadian terlihat warna air yang kecokelatan dan keruh. Salah satu faktornya adalah saat ini sedang memasuki puncak musim kemarau disertai angin kencang,” kata Mulyadi kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (24/8/2018).
Kondisi tersebut, lanjut Mulyadi, membuat bahan organik di perairan khususnya di sekitar KJA naik ke atas perairan atau up-welling. Sehingga, kandungan oksigen di perairan tersebut sangat rendah.
“Kondisi ini diperaparah dari letak KJA yang belum mengikuti cara budidaya ikan yang baik (CBIB). Seperti kedalaman perairan, padat tebar, dan jarak di lapangan. Saat ini petugas kita sedang melakukan pengambilan sampel dan pengukuran kualitas air di lokasi KJA,” terangnya.
Mulyadi yang langsung melihat kondisi ikan KJA di Kabupaten Samosir juga telah berdiskusi dengan Kepala Dinas Pertanian Samosir. Hasil dari diskusi itu, katanya, diperkirakan ikan yang mati sekitar 180 - 200 ton dengan asumsi kerugian sekitar Rp 5 miliar-Rp 6 miliar. Jumlah pembudidaya ikan KJA yang terkena dampak tercatat 18 orang.
Ia berharap, kondisi ini tidak berlangsung lama karena akan merugikan para nelayan KJA. Selain itu, ia juga berharap agar pembudidaya ikan juga segera melakukan perbaikan KJA dengan menerapkan CBIB. Kepada semua elemen, ia juga berpesan agar tetap menjaga lingkungan kawasan di Danau Toba dengan tidak melakukan pencemaran dan merusak perairan Danau Toba.
“Saya berarap kepada semua, baik pemerintah kabupaten, masyarakat, dan siapapun yang terlibat untuk menjaga ekosistem Danau Toba agar tidak rusak. Kondisi ini juga saya harap tidak berlarut, petugas akan segera meneliti setelah mengambil sampel dan memberikan solusinya secepatnya,” ujarnya.
Sebelumnya, nelayan KJA, Binsar Nadeak, menyebutkan, sebanyak 2,5 ton ikan nila dan ikan mas miliknya ditemukan mati mendadak pada Rabu (22/8/2018). Kematian ikan miliknya itu membuat dirinya merugi hingga mencapai Rp 45 juta.
Demikian juga dengan nelayan KJA lainnya, Aldy Naibaho, yang merugi hingga Rp 1 miliar. Sebanyak 20 kotak KJA siap panen miliknya mendandak mati. Untuk sementara ini, katanya, para nelayan memprediksi kematian ikan dikarenakan penyakit virus herves.