Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Panyabungan. Puluhan warga Desa Aek Banir, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) mengangkat rumah warga untuk dipindahkan ke lokasi baru. Tradisi yang disebut mangangkat bagas ini biasanya diakhiri dengan makan bersama.
Gotong royong telah lama mengakar dalam masyarakat dan hingga kini masih terus terjaga di desa ini. Mamiang bagas, (Mandailing - red) sebuah tradisi mengangkat rumah panggung yang dilakukan beramai-ramai.
Tradisi ini sudah berlangsung turun-Warga yang hendak memindahkan rumahnya akan dibantu oleh warga sekitar dengan sukarela. Bobot rumah yang dipindahkan tentu saja tidak ringan, bisa saja ratusan kilogram hingga ton. Jarak rumah yang dipindahkan ke lokasi baru juga biasanya tidak dekat.
Jika dipikir dengan akal sehat, kegiatan ini sepertinya mustahil dengan mengandalkan tenaga manusia. Namun, dengan semangat gotong royong yang menjadi filosofi dalam tradisi mamiang bagas, proses mengangkat dan memindahkan rumah bisa dilakukan.
"Warga beramai-ramai memindahkan sebuah rumah panggung. Awalnya, bambu-bambu diikat di masing-masing tiang rumah. Ini nantinya menjadi alat bantu mengangkat rumah. Bambu tersebut dipanggul bersama-sama untuk mempermudah mengangkat rumah dan memindah ke lokasi baru," ujar Torkis Lubis tokoh masyarakat kepada wartawan, Minggu (9/9/2018).
Katanya, walaupun hanya berjarak 400 meter dari lokasi baru, proses angkat rumah ini terbilang sulit. Warga harus memanggul rumah kayu ini secara bersamaan. Tak jarang warga harus berkali-kali untuk menurunkan rumah karena terlalu berat, lalu diangkat kembali. Untuk sampai di tujuan, bisa memakan waktu hingga berjam-jam.
Belum lagi jika lokasinya yang dilewati jalannya sempit. membuat bisa menghambat pergerakan warga yang menggtong rumah. Saat akan sampai di lokasi yang dituju, rumah juga bisa bertabrakan dengan atap rumah warga lain. Namun, masyarakat tetap semangat.
"Dengan kekompakan dan semangat gotong royong yang sudah terpatri sejak dulu, puluhan warga akhirnya berhasil meletakkan tiang rumah ke posisi yang telah ditentukan," jelasnya.
Setelah rumah selesai dipindahkan atau di tempat baru, kegiatan dilanjutkan dengan acara syukuran,Tujuannya agar rumah yang baru saja dipindahkan terhindar dari bencana dan malapetaka. “Tradisi lalu diakhiri dengan acara makan bersama sebagai bentuk ikatan silaturahmi yang erat antara warga,” katanya.
Puluhan warga yang terlibat dalam kegiatan ini menyantap makanan yang disediakan pemilik rumah. Hal ini juga dianggap sebagai imbalan dan ucapan terima kasih kepada seluruh warga yang rela meluangkan waktu untuk membantu memindahkan rumahnya.
"Tradisi ini tentunya merupakan warisan leluhur yang harus tetap dijaga agar tidak hilang di tengah perkembangan zaman," sebut Lubis.