Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Panyabungan. Akibat harga getah karet tak pernah naik memaksa sebagian besar petani di Desa Padang Laru, Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) beralih profesi menjadi pemecah batu kali.
Sebelumnya warga desa dalam sehari-harinya bekerja sebagai pekebun karet, namun beberapa tahun belakangan harga karet anjlok, memaksa mereka untuk mengalihkan profesi mereka menjadi pemecah batu untuk menyambung kehidupan sehari-hari.
Rosma Dingin (26) salah satunya, terpaksa membantu suaminya Syahnan (34) bekerja sebagai pemecah batu kali, karena hasil dari menderes tidak lagi seimbang dengan kebutuhan keluarga.
Mereka tiap harinya berhasil mengumpulkan batu pecah sebanyak 7 kaleng dengan harga Rp 25.000/kaleng. Artinya dalam sehari mereka mendapatkan upah dari penjualan batu pecah tersebut senilai Rp 175.000, tentu hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari saja.
Batu pecah ini dijual kepada pengepul yang datang dari Kota Panyabungan. Batu-batu tersebut akan dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur jalan.
Petani berharap pemerintah mencari solusi terkait anjloknya harga karet. Pasalnya, tersebut, 80% warga Desa Padang Laru hidup dari hasil berkebun karet.
Harga karet alam di tingkat petani saat ini Rp 7.000-Rp 8.000/kg. Petani berharap harga naik minimal Rp menjadi 10.000, sehingga ada keuntungan yang diperoleh.