Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Bentrokan pecah antara mahasiswa dengan kepolisian di tengah demonstrasi yang mereka lakukan di depan gedung DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol, Medan, Kamis (20/9/2018). Demonstrasi oleh mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Kota Medan itu ditujukan untuk mengkritik pemerintahan Joko Widodo yang dituduh tidak mampu mensejahterakan rakyat.
Situasi teranyar di mana rupiah mengalami penurunan nilai tukar terhadap dolar disebutkan memperburuk perekonomian nasional. Kondisi rakyat kian terpuruk. Itu sebabnya para mahasiswa kemudian menuntut Jokowi dan wakilnya Jusuf Kalla mundur dari jabatannya. Sekarang, bukan pada 2019.
Namun sangat disayangkan demonstrasi berakhir rusuh. Sejumlah mahasiswa mengalami luka-luka. Ada pula yang tertangkap. Entah kenapa bentrokan harus terjadi. Berikut sejumlah fakta sebelum bentrokan terjadi.
1. Pagi sekitar pukul 11.00 WIB di Jalan Imam Bonjol di depan gedung DPRD Sumut lebih dulu berlangsung demonstrasi puluhan warga yang menamakan diri Komunitas Masyarakat Cinta NKRI. Intinya demonstrasi ini ingin menunjukkan dukungannya kepada Jokowi-JK. Mereka menentang dijadikannya isu pelemahan rupiah untuk kepentingan politik tertentu. Mengutuk keras tindakan yang ingin memecah belah bangsa dengan menyatakan pemerintah tidak mampu memimpin bangsa.
2. Wakil Ketua DPRD Sumut dari Fraksi PDI Perjuangan Ruben Tarigan menjumpai massa Komunitas Masyarakat Cinta NKRI. Dikatakannya, pelemahan rupiah merupakan dinamika biasa dalam membangun perekonomian. Tidak perlu pemerintah disalahkan karena mereka telah bekerja keras mengatasi. Dijanjikan pernyataan warga akan disampaikan DPRD Sumut ke pemerintah pusat.
3. Demonstrasi Komunitas Masyarakat Cinta NKRI berakhir, namun mereka tetap bertahan di Jalan Imam Bonjol. Tepatnya di depan gerbang utama gedung DPRD Sumut. Mereka telah mendengar kabar rencana mahasiswa berdemonstrasi di tempat yang sama.
"Seharusnya tadi kita tunda dulu berdialog dengan Wakil Ketua DPRD jadi kita ada alasan tetap bertahan di sini," kata salah seorang peserta demonstrasi kepada koordinator lapangan, Abdullah Syah.
4. Hanya beberapa menit kemudian, sekitar pukul 12.00 WIB, ratusan mahasiswa yang berasal dari sejumlah perguruan tinggi di Kota Medan tiba di kawasan DPRD Sumut di Jalan Imam Bonjol. Mereka mengambil posisi di gerbang sebelah kiri DPRD Sumut. Hal ini dilakukan guna menghindari pertemuan dengan massa pendukung Jokowi. Dari atas mobil pick up tempat sound system mereka bergantian berorasi.
Kontras dengan massa pendukung Jokowi, dalam orasinya massa mahasiswa mengkritik pemerintah. Terutama terkait pelemahan rupiah. Jokowi-JK pun dituntut mundur dari jabatannya sekarang juga.
5. Sebanyak tujuh mobil yang mengangkut polisi tiba di DPRD Sumut. Mereka memperkuat petugas kepolisian yang sebelumnya sudah cukup banyak.
Polisi kemudian menyiagakan pasukannya di seputaran gedung DPRD Sumut. Di badan Jalan Imam Bonjol mereka, dalam jumlah puluhan, membentengi massa kedua kelompok agar tidak saling bertemu. Namun jarak antara kedua kelompok massa tidak terpisah jauh. Kurang dari 10 meter.
6. Karena jarak yang relatif dekat, massa pendukung Jokowi yang berada persis di belakang polisi leluasa meneriakkan cercaan atau hujatan, bahkan ancaman, saat mahasiswa berorasi. Nama Presiden Pemerintahan Mahasiswa USU Wira Putra kerap disebut-sebut dalam ancaman. Tidak ada tindakan apapun dari polisi terhadap pendukung Jokowi walau berkata tidak pantas dan berisi ancaman kepada mahasiswa.
7. Pukul 13.49 WIB, anggota Komisi E DPRD Sumut dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Zulfikar datang menjumpai kerumunan mahasiswa. Dari atas pick up dikatakannya tuntutan mahasiswa adalah hal yang wajar untuk situasi Indonesia saat ini. Sebagai penampung aspirasi rakyat dia menjanjikan akan menyampaikan tuntutan mahasiswa kepada pemerintah pusat.
8. Saat Zulfikar belum tuntas menyampaikan tanggapannya terhadap tuntutan mahasiswa, pukul 13.56 WIB, sebuah botol plastik bekas air mineral dilemparkan dari arah pendukung Jokowi kepada mahasiswa.
Tidak tinggal diam, mahasiswa berusaha membalas dengan mengejar pihak "lawan". Penjagaan pihak polisi sempat hendak diterobos.
Sebaliknya pihak pendukung Jokowi juga bertindak serupa. Mereka berusaha menerobos penjagaan polisi mengejar mahasiswa.
Berkat kesigapan pihak kepolisian yang secara persuasif meminta mahasiswa dan pendukung Jokowi mengendalikan diri, ketegangan dapat diredakan pada pukul 14.04 WIB.
9. Para mahasiswa melanjutkan orasi-orasinya. Beberapa kali mereka meneriakkan tabligh yang kemudian disambut ucapan Allahu Akbar oleh massa. Mahasiswa merapatkan diri ke arah gerbang seakan hendak menetobos masuk.
Sedangkan massa pendukung Jokowi, mereka menempatkan diri di belakang petugas kepolisian. Sebagian besar dari mereka memegang potongan kayu berukuran panjang sekitar 50 cm.
Entah kenapa polisi tidak meminta pendukung Jokowi meninggalkan lokasi demonstrasi agar tidak mengulangi terjadinya bentrokan dengan mahasiswa.
10. Sekitar pukul 14.40 WIB, bentrokan pecah. Massa mahasiswa dikejar-kejar, dipukuli dan ditangkap. Mereka berusaha lari ke berbagai arah guna menghindari pemukulan dan penangkapan. Selain polisi tampak juga pendukung Jokowi ikut memburu mahasiswa.
11. Satu persatu mahasiswa korban pemukulan, disebutkan oleh pihak kepolisian sebagai pelaku, diseret ke selasar gedung DPRD Sumut. Luka dan rasa sakit yang mereka alami dibantu untuk diredakan.
Informasi yang diperoleh medanbisnisdaily.com menyebutkan, terdapat sekurangnya 8 mahasiswa yang terluka. Di antaranya ada yang di bagian kepala. Selain yang terluka ada juga mahasiswa yang ditangkap dengan tangan diborgol.
12. Puluhan unit sepeda motor milik mahasiswa yang diparkirkan di badan Jalan Imam Bonjol "disita" pihak kepolisian dan diangkut dengan truk. Tidak seorang pun mahasiswa diperkenankan mengambil.