Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah hingga saat ini, Senin (1/10/2018) masih gelap gulita. Aliran listrik belum pulih sejak gempa bumi dan tsunami melanda pada Jumat (28/9/2018). Hal ini menghambat proses evakuasi yang masih terus berjalan.
Salah satu hambatan yang dirasakan adalah keterbatasan akses penyelamatan korban. Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ibnu Khadjar mengatakan, korban yang tertimbun reruntuhan harus segera diselamatkan.
"Ini sudah hari ketiga mungkin sebagian besar memang sudah tidak bisa diselamatkan," katanya.
Berkaca dari proses evakuasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), listrik adalah kebutuhan vital yang harus segera tersedia. Listrik digunakan untuk menyalakan penerangan, mengoperasikan alat berat, peralatan medis, dan perlengkapan elektronik lainnya. Aliran listrik di Lombok baru normal tiga hari sesudah bencana.
Meski terbilang cepat, Lombok harus merelakan sekitar 597 warganya terkubur hidup-hidup. Menurut Ibnu, jumlah yang sama atau lebih besar bisa terjadi di Palu. Hal ini terkait jumlah penduduk yang lebih banyak, sesuai kedudukan Palu sebagai ibukota provinsi. Hal yang sama juga bisa terjadi di Donggala, yang masih mengalami keterbatasan akses komunikasi dan transportasi.
Ikhsan berharap listrik bisa secepatnya tersedia di Palu dan Donggala, untuk kepentingan evakuasi. Terutama Palu sebagai kota terbesar, yang memiliki sejumlah sarana dan akses vital di Sulawesi Tengah. Adanya listrik juga bisa meredam penjarahan bahan bakar, yang digunakan masyarakat untuk menyalakan sumber penerangan. (dth)