Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Amerika Serikat (AS) dan Kanada telah mencapai kesepakatan baru dalam perjanjian perdagangan. Lalu bagaimana dengan China?
AS dan Kanada telah mencapai kesepakatan beberapa jam sebelum tenggat waktu perombakan perjanjian dagang antar negara Amerika Utara atau North American Free Trade Agreement (NAFTA). Perjanjian perdagangan bebas itu akan diganti menjadi United States-Mexico-Canada Agreement (USMCA).
Namun menurut para ahli, perombakan perjanjian perdagangan belum tentu menjadi tanda akan meredanya perang dagang antara AS dan China.
"Sayangnya, menurut saya, kasus perang dagang dengan China jauh lebih rumit daripada NAFTA," Head of CEEMEA FX and rates strategy Citibank, Luis Costa, dilansir dari CNBC, Selasa (2/10/2018).
Presiden AS Donald Trump sendiri telah lama berusaha untuk merombak isi perjanjian NAFTA. Dengan adanya USMCA dianggap sebagai capaian penting bagi pemerintahannya.
"Ini adalah apa yang benar-benar ingin dicapai AS. Tapi apakah ini akan meredam gejolak ekonomi global? kami tidak yakin," tambah Costa.
Sementra China dan AS yang merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, telah berseteru dalam perang perdagangan selama berbulan-bulan. Kedua negara itu saling menaikkan tarif impor barang dari masing-masing negara
Bulan lalu, Trump berjanji untuk memberlakukan tarif bea masuk 10% atas barang impor Cina senilai US$ 200 miliar. Kewajiban tersebut terus meningkat menjadi 25% pada akhir 2018.
Kementerian perdagangan China kemudian mengumumkan langkah-langkah balas dendam dengan tambahan US$ 60 miliar atas impor AS. Namun pihak China berharap bisa membicarakan lagi permasalahannya.
Menurut Costa pemerintah relatif lebih terukur dalam pendekatannya terhadap perang dagang yang terjadi sejauh ini, guna mencegah terjadinya ledakan yang lebih parah lagi. (dtf)