Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Masyarakat Simalungun punya tradisi mirip berbalas pantun yang disebut taur-taur. Bedanya, balas berbalas komunikasi itu dilakukan dengan cara setengah bernyanyi (bersenandung). Namun, sebagaimana sebuah pantun, lirik yang dilantunkan itu juga tetap terikat persajakan.
"Pada umumnya taur-taur dipraktekkan oleh sepasang muda-mudi untuk saling mengenal maupun menyampaikan maksud hati masing-masing," kata budayawan Simalungun, Setia Darmawan Purba kepada ratusan peserta yang menyaksikan perhelatan Jong Batak Arts Festival (JBAF)#5 hari pertama, di Taman Budaya Sumatra Utara, Jalan Perintis Kemerdekaan, No 33, Medan, Jumat sore (26/10/2018).
Dosen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU ini menambahkan, dulu ada kebiasaan seorang anak perempuan Simalungun ketika beranjak gadis melakukan aktivitas mengayam tikar di beranda sopo (rumah) khusus untuk anak-anak gadis itu.
"Bila ada seorang perjaka yang tertarik dan berniat mengenal si gadis, si perjaka akan merayunya dengan memainkan serulingnya. Kemudian mereka akan berkomunikasi dengan bersenandung," kata Darmawan.
Darmawan melanjutkan, dulu tidak boleh sembarangan dan tidak gampang sepasang muda-mudi Simalungun bergaul. Ada tata kramanya yang dimulai dari tahap perkenalan.
"Belakangan tradisi ini digubah dalam bentuk koreografi (tortor) yang disebut tortor taur-taur," jelas Darmawan.
Melengkapi informasi, hari kedua perhelatan JBAF#5 akan menampilkan ragam pertunjukan dari etnis Karo. Salah satunya gendang guro-guro aron.