Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Mestro musik tradisi Batak Toba, Marsius Sitohang menjelaskan tradisi "gondang naposo" bukan sekedar mencari jodoh tetapi agar anak-anak muda tidak melupakan seni budayanya.
Hal itu dikatakan Marsius saat sesi diskusi di sela-pertunjukan pertunjukan "gondang naposo" yang berlangsung di Taman Budaya Sumatera Utara, Jalan Perintis Kemerdekaan No 33 Medan, Minggu (28/10/2018).
"Itu dibuat supaya anak-anak muda tidak lupa budaya mereka. Jadi kalau ada 'gondang naposo' banyaklah anak muda yang datang. Ada yang sambil mencari jodohnya di situ," kata 'Dewa Seruling' ini.
Salah seorang aktivis Jendela Toba, Karmel Simatupang mengapresiasi kegiatan JBAF#5 yang berlangsung selama tiga hari ini. Menurutnya kegiatan ini tidak hanya untuk menumbuhkan rasa cinta dan tanggungjawab moral terhadap pelestarian seni budaya, namun juga bermakna secara ekologi.
"Kebudayaan juga mengandung aspek-aspek ekologis. Dia tidak berdiri sendiri, tetapi saling bersinergi dengan aspek lainnya untuk mendukung keberlangsungan kehidupan itu sendiri," katanya.
Karmel menambahkan, apalagi ketiga etnis yang tampil di JBAF#5 yakni Simalungun, Karo dan Batak Toba adalah masyarakat yang berdiam di Kawasan Danau Toba (KDT). Mereka adalah pelaku utama keberlangsungan masa depan di KDT.
"Saya berterimakasih untuk kawan-kawan Rumah Karya Indonesia (RKI) yang sanggup menggelar acara ini secara rutin. Tahun ini adalah tahun kelima. Saya berharap kegiatan ini bisa menjadi penyemangat dan pemicu untuk berbuat yang terbaik di Kawasan Danau Toba," ujarnya.