Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan bahwasanya saat ini tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah (Pemda) dalam menghadapi bencana besar masih sangat rendah.
Hal itu kata dia, dibuktikan berdasarkan poling yang telah dilakukannya, di mana 77% konstituen menyatakan belum memiliki kesiapan dalam menghadapi bencana besar yang dapat terjadi.
"Berdasarkan polling bencana yang dilakukan, ternyata hanya 9% saja yang menyatakan siap. Sisanya 77% menyatakan belum siap, dan 14% menyatakan cukup siap," ungkapnya kepada wartawan, Minggu (4/11/2018).
Untuk itu, jelas Sutopo, mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan. Ia menyebutkan, pengurangan risiko bencana tersebut tentunya harus dimaknai sebagai investasi pembangunan nasional.
"Sosialisasi dan pendidikan kebencanaan juga harus ditingkatkan. Karena masih banyak masyarakat yang belum paham ancaman bencana dan antisipasi yang dilakukan," jelasnya.
Di samping itu, lanjut Sutopo, di polling lain yang dilakukannya, terdapat 97% konstituen menyatakan pendidikan bencana wajib dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan. Di situ, hanya 3% masyarakat yang menyatakan tidak setuju.
"Ini sesuai pendapat masyarakat dari polling bencana. Jadi, pendidikan bencana perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sejak SD-SMA," terangnya.
Sutopo melanjutkan, tahun 2018 memang dapat dikatakan sebagai tahun bencana. Meski jumlah kejadian bencana relatif sama dengan tahun sebelumnya, namun dampak bencana pada tahun ini sungguh luar biasa.
Sutopo memaparkan, selama tahun 2018, hingga Kamis (25/10/2018), tercatat ada 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Dimana jumlah ini akan terus bertambah hingga akhir 2018 mendatang.
"Dampak yang ditimbulkan bencana sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan hilang, 13.112 orang luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan terdampak bencana, 339.969 rumah rusak berat, 7.810 rumah rusak sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum rusak," paparnya.
Disamping itu, kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana juga cukup besar. Sebagai gambaran, gempa bumi di Lombok dan Sumbawa menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 17,13 Triliun. Begitu juga gempa bumi dan Tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan kerugian dan kerusakan lebih dari Rp 18,48 Triliun.
"Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah," sebutnya.
Sutopo melanjutkan, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat bencana pada tahun 2018 ini paling besar sejak 2007. Pada tahun 2009 tercatat 1.245 kejadian bencana, dimana terjadi gempa cukup besar di Jawa Barat dan Sumatera Barat, dengan dampak bencana 1.767 orang meninggal dunia dan hilang, 5.160 orang luka-luka, dan 5,53 juta orang mengungsi.
"Karenanya, masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. Kenali bahayanya dan kurangi risikonya," imbuhnya.
Untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan sosialisasi bencana, tambah Sutopo, maka BNPB kini telah menerbitkan Buku Saku Menghadapi Bencana. Di dalam buku ini kata dia, disampakan hal-hal yang mendasar yang perlu diketahui oleh masyarakat, baik ancaman bencana maupun tips-tips menghadapi bencana.
"Namun, meski ribuan buku saku ini dicetak dan dibagikan, tentu masih sangat kurang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini yang mencapai 267 juta jiwa. Apalagi bencana adalah keniscayaan yang pasti terjadi di Indonesia karena Indonesia rawan bencana. Sehingga yang terpenting adalah apakah kita sudah siap menghadapi bencana itu," pungkasnya.