Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Depok - Beberapa waktu lalu terjadi beberapa bencana yang mengakibatkan banyak orang kehilangan keluarga. Hal tersebut yang menginspirasi siswa MTsN 5 Sragen untuk membuat Life Detector.
Life Detector merupakan alat pendeteksi panas suhu korban yang masih hidup, sekaligus mengirimkan tanda ke petugas medis/relawan. Harapannya dengan semakin cepat terindentifikasi maka peluang korban tertangani lebih cepat dan banyak yang terselamatkan.
"Karena untuk mendeteksi korban jiwa yang masih hidup dalam reruntuhan. Selain itu membantu relawan dalam mempercepat proses evakuasi," ujar sabela Laras Setyowati dalam acara Madrasah Robotics Competition 2018 di Depok Town Square, Minggu (4/11/2018).
Alat ini cukup sederhana, dengan terdiri dari tongkat PVC, sensor termal, arduino nano, motor servo, jumper waer, dan kamera endoscope. Beberapa alat tersebut dihubungkan ke smartphone sehingga bisa mendeteksi sensor termal manusia.
Kendala membuat alat ini terdapat pad program. Menurut Sabela, ketika memprogram agar bisa bergerak dari servo yang diperintah oleh micro controler.
Senada dengan Sabela, Dina Safitri kendala yang dialaminya adalah menyambungkan kamera endoscope ke smartphone. Waktu pembuatan juga cukup lama sekitar 3 minggu.
"Pembuatannya dari menyiapin bahan, merangkai dan membuat program sekitar 3 minggu," ujar Dina.
Kedua siswa yang bersekolah di MTs Negeri 5 Sragen, Jawa Tengah mengaku inspirasi membuat alat ini karena empati dari kejadian di Aceh, Dionggala, Palu, Sigi dan Lombok. Mereka membuat alat ini didampingi oleh guru sekolah dan kakak-kakak robota dalam mengarahkan saat merancang alat tersebut.
"Biasanya kami diarahkan saat memprogram dan merancang alat, baiknya bagaimana begitu," ujar Dina.
Anak-anak yang baru pertama kali mengikuti lomba berharap, alatnya bisa digunakan oleh banyak orang dan mereka bisa mengembangkan alat tersebut agar lebih canggih.
"Oleh karena itu pendidikan kita harus responsif terhadap realita kehidupan. Jadi tidak mungkin lembaga pendidikan mengisolasi diri dari kehidupan real manusia. Oleh karena itu hal yang harus kita ambil adalah mengambil langkah-langkah responsif dan berkontribusi menjadi bagian bahkan berperan dalam kehidupan refolusi di industri ini," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin. dtc