Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Nilai impor Indonesia bengkak 23,66% di Oktober dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan nilai impor US$ 17,62 miliar. Menurut rilis Badan Pusat Statistik (BPS), hal itu disebabkan impor migas naik 26,97%.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara merespons hal itu. Menurut Jonan impor migas memang menjadi keharusan karena sebagai bahan bakar. Sekalipun digunakan konsumen, itu dilakukan dalam rangka melakukan kegiatan produktif.
"Kan impor minyak ini nggak untuk diminum ini, kan ini sebagai alat produksi, walaupun digunakan oleh konsumen itu kan digunakan untuk berkegiatan," katanya ditemui di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (15/11/2018).
Dia pun menyinggung soal tingginya impor migas yang dianggap sebagai penyebab defisit neraca perdagangan, namun menurut dia seharusnya defisit ini bisa diatasi dengan menggenjot ekspor non migas. Sayangnya, menurut Jonan ekspor non migas masih kurang.
"Ya menurut saya ekspornya kurang yang produk sektor lainnya, non migasnya," sebutnya.
Jonan melanjutkan, jika saja ekspor non migas bisa digenjot tanpa harus mempersoalkan impor migas, defisit pun bisa diatasi.
China misalkan, Jonan menyebut impor migas di negara tersebut lebih besar dari Indonesia, namun China bisa mengekspor komoditas non migas lebih besar sehingga tak ada masalah defisit.
Begitu pun dengan Singapura, walaupun mereka impor migas lantaran keterbatasan sumber daya alam tapi ekspornya tetap terjaga. Hal itu tercermin dari mata uangnya yang tetap kuat.
"Singapura punya minyak nggak? itu impor semua kan. Kenapa mata uangnya masih kuat? (ekspornya tinggi) iya," tambahnya. (dtf)