Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Masalah 'hidung pesawat otomatis turun' muncul saat penerbangan Lion Air PK-LQP Denpasar-Jakarta pada malam sebelum pesawat itu jatuh. Pesawat diperbaiki di Cengkareng, tapi mengapa masalah kembali muncul saat pesawat itu terbang dengan rute Jakarta-Pangkalpinang?
Pada 28 Oktober 2018, pesawat Lion Air PK-LQP dijadwalkan terbang dengan rute Denpasar-Jakarta. Sebelum terbang, pilot dan teknisi melakukan pemeriksaan pre-flight.
"Pilot in command (PIC) melakukan diskusi dengan teknisi terkait tindakan perawatan pesawat udara yang telah dilakukan termasuk adanya informasi bahwa sensor Angle of Attack (AoA) yang diganti telah diuji," kata Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam jumpa pers di Kantor KNKT, Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Rabu (28/11/2018). KNKT memaparkan laporan awal investigasi kecelakaan ini.
Saat terbang dengan rute Denpasar-Jakarta (malam sebelum jatuh), pilot Lion Air PK-LQP menyadari adanya peringatan kecepatan berubah-ubah atau indicated airspeed (IAS) disagree pada primary flight display (PFD).
Hidung pesawat PK-LQP mengalami penurunan secara otomatis lalu kopilot kemudian mengambil alih penerbangan secara manual. Saat kopilot mengambil alih penerbangan, pilot mengirimkan sinyal 'pan-pan' ke petugas pemandu lalu lintas penerbangan.
Pilot akhirnya tetap terbang ke Jakarta dan mendarat dengan selamat. Setelah pesawat parkir, pilot melaporkan permasalahan pesawat udara kepada teknisi dan menulis IAS (kecepatan) dan ALT (ketinggian) Disagree dan menyalakan lampu 'feel diff press' di Aircraft Flight and Maintenance Logbook (AFML).
"Teknisi melakukan pembersihan Air Data Module (ADM) pitot dan static port kiri untuk memperbaiki IAS dan ALT disagree disertai tes operasional di darat dengan hasil tidak masalah," papar Nurcahyo.
"Teknisi melakukan pembersihan sambungan kelistrikan pada elevator feel computer disertai dengan tes operasional dengan hasil baik," sambungnya.
Sehari setelahnya yaitu pada 29 Oktober 2018, pesawat Lion Air PK-LQP terbang dengan rute Jakarta-Pangkalpinang. Saat terbang, ada perbedaan angle of attack (AoA) dan data stall antara pilot dan kopilot.
Kopilot melaporkan mengalami flight control problem kepada radar petugas ATC. Selama penerbangan, hidung pesawat beberapa kali secara otomatis juga turun dan pilot berkali-kali menaikkannya.
Yang disampaikan KNKT ini merupakan laporan awal, yakni laporan yang didapatkan setelah 30 hari usai kejadian kecelakaan. Laporan ini dinyatakan bukan merupakan kesimpulan tentang kecelakaan.(dtc)