Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) menyebut masalah keramba jaring apung (KJA) tidak hanya mencemari air danau, namun juga menjadi kendala transportasi di Danau Toba.
Hal itu dikemukakan YPDT saat berdiskusi dengan Asisten Deputi Navigasi dan Keselamatan Maritim Kemenko Maritim RI, Odo RM Manuhutu, di Ruang Rapat Lantai 7 Gedung Kemenko Maritim, Jakarta, Rabu (28/11/2018) pagi.
Dalam keterangan tertulis YPDT yang diterima medanbisnisdaily.com, Rabu (28/11/2018), disebutkan, selain masalah KJA, pendangkalan air danau juga ikut dibahas dalam pertemuan itu.
Rusaknya kualitas air Danau Toba, juga disertai dengan kuantitasnya yang berkurang. Dari pantauan YPDT ada pendangkalan air 3-5 meter pada 2018 dibandingkan ketika YPDT memantaunya tiga tahun lalu.
Salah satu indikasinya dapat dilihat dari penumpang kapal yang dulu hanya naik turun tangga, sekarang harus menggunakan alat bantu. Selain itu, juga bisa dilihat dari garis bibir dermaga yang semakin terperosok jauh dari dermaga.
Karenanya, YPDT meminta agar pemerintah serius menangani masalah ekologis tersebut, salah satunya dengan melaksanakan komitmen pemerintah tentang pengurangan dan penghapusan KJA yang sudah dicanangkan sejak dua tahun lalu.
Dalam kesempatan itu, Odo RM Manuhutu berjanji akan menindaklanjuti masukan dari YPDT bersama Kementeriaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
Hadir mewakili YPDT dalam pertemuan itu antara lain Alimin Ginting (Wakil Ketua Departemen Hubungan Internasional), Jhohannes Marbun (Sekretaris Eksekutif), Laksma TNI (Purn) Bonar Leo Simangunsong (Pengawas) dan Bindu Philip (Tim Sadar Keselamatan Transportasi Air Danau Toba YPDT).