Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Indonesia Political Survey & Consulting (Indopol) merlis hasil survei terkait elektabilitas pasangan capres/cawapres yang akan berebut suara pada Pilpres 2019 di Sumatra Utara, Kamis (29/11/2018). Hasilnya, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin (01) unggul atas Prabowo-Sandiaga Uno (02) dengan 55,99% dan 34,83%. Yang belum menentukan pilihan sebanyak 9,18%.
Survei dilakukan terhadap 1.000 responden dari di 100 desa/kelurahan terpilih di 33 kabupaten/kota di Sumut, memakai metodologis multistage random sampling dan data diolah dengan program SPSS atau field survei.
Didampingi dua pembahas, yakni Henri Sitorus dan Fernanda Putra Adela yang sama-sama akademisi dari FISIP USU, Direktur Eksekutif Indopol Ratno Sulistiyanto memaparkan hasil survei.
Di luar hasil akhir yang mengunggulkan Jokowi-Amin sebagai peraih dukungan terbesar, terdapat sejumlah fakta menarik dan menggelitik dari survei.
Pertama, terjadi penurunan jumlah kabupaten/kota yang dimenangkan Prabowo-Sandi jika dibandingkan dengan Pilpres 2014. Dari 13 kabupaten/kota berkurang menjadi 12. Jokowi-Amin unggul di 21 wilayah. Di Labuhanbatu Raya dan Tapanuli Bagian Selatan atau kawasan Pantai Timur Jokowi-Amin takluk.
Kedua, dari segi agama, pemilih muslim lebih dominan mendukung Prabowo-Sandi, yakni 49,1%. Jokowi-Amin hanya 36/7%. Yang belum menentukan pilihan 14,19%. Untuk agama lainnya yakni Kristen, Katolik dan Budha, Jokowi-Amin didukung lebih dari 80%.
Ketiga, dari segi suku, kendati Jokowi berasal dari etnis Jawa, dukungan dukungan warga Jawa justru lebih besar kepada Prabowo-Sandi. Hal itu dikarenakan mereka kebanyakan beragama Islam. Jokowi-Amin secara dominan didukung etnis Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Angkola dan Nias. Sedangkan Batak Pakpak, Batak Angkola dan Batak Mandailing, mayoritas ke Prabowo-Sandi. Uniknya, tak ada etnis Tionghoa yang memberi dukungan ke pasangan nomor urut 02.
Keempat, emak-emak atau ibu rumah tangga serta pedagang yang selama masa kampanye gencar didekati Sandiaga Uno, ternyata dukungannya masih lebih besar ke Jokowi-Amin. Walau selisihnya tidak begitu jauh dari Prabowo-Sandi.
"Terlihat dari responden etnis Tionghoa yang kebanyakan berprofesi sebagai pedagang, ternyata tidak ada yang mendukung Prabowo-Sandi. Apa yang dilakukan Sandiaga yakni turun ke pasar-pasar tidak serta merta mendatangkan dukungan untuk dia," ujar Henri.
Kelima, dari segala rentang usia responden, termasuk kalangan milenial yang jumlahnya mencapai 50% pada Pilpres 2019, Jokowi-Amin selalu unggul. Rata-rata lebih dari 50%.
Keenam, dalam hal calon wakil presiden, elektabilitas Ma'ruf Amin berada di atas Sandiaga, masing-masing 45,53% dan 37,61%. Terdapat 16,86% yang belum menentukan pilihan.
"Wakil belum mampu memberikan efek elektoral kepada masing-masing pasangan," ujar Ratno.
Terang Ratno, karena waktu pelaksanaan Pilpres yang masih panjang, yakni lima bulan lagi, peta dukungan warga kepada masing-masing pasangan calon Presiden masih sangat memungkinkan berubah. Pasangan yang paling banyak turun langsung menjumpai warga dan memberikan sentuhan yang mudah diingat, kepada merekalah pilihan akan dijatuhkan. Yang program-programnya menawarkan sesuatu yang baru, rakyat akan menjatuhkan dukungan ke mereka.
Fernanda menyatakan isu politik identitas, terutama menyangkut agama, diyakini akan digunakan Prabowo-Sandi agar memenangkan Pilpres di Sumut. Hal itu mengacu pada dukungan kalangan muslim yang lebih besar dibandingkan pasangan Jokowi-Amin.