Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) tahun 2019 dipatok di kisaran 5,1-5,5%. Tahun depan, perekonomian Sumut terutama akan didorong oleh tingginya permintaan domestik di tengah tekanan dari sisi eksternal. Kenaikan upah minimum juga berpotensi mendorong permintaan domestik dari sisi konsumsi rumah tangga.
"Penyelenggaraan pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) juga diprediksi dapat memperkuat permintaan domestik melalui konsumsi lembaga not profit rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Tentu ini akan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Sumut tahun 2019," kata Pjs Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumut Hilman Tisnawan, pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia dengan tema Sinergi untuk Ketahanan dan Pertumbuhan, di Hotel Adimulia Medan, Jumat (14/12/2018).
Acara yang juga ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerja sama pengembangan klaster batik Sumut turut dihadiri Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah, Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Setdaprov Sumut Ibnu Sri Hutomo, sejumlah bupati dan walikota se-Sumut, Ketua Dekranasda Sumut Nawal Edy Rahmayadi, pimpinan perbankan, akademisi, dan sejumlah lembaga lainnya.
Hilman mengatakan, prospek ekonomi tahun 2019 akan semakin membaik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dan stabilitas yang tetap terjaga. Akselerasi pertumbuhan ekonomi didukung oleh tetap kuatnya permintaan domestik dan kinerja ekspor semakin membaik. Inflasi 2019 juga bakal tetap terkendali pada kisaran 3,5±1% dengan terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan, volatile food, dan administered prices.
Hilman mengatakan, tapi di tengah optimisme perbaikan ekonomi tersebut, ada beberapa faktor risiko yang perlu mendapat perhatian, terutama dari faktor eksternal. Perlambatan ekonomi global yang menyebabkan turunnya volume perdagangan dunia dan rendahnya harga komoditas global berpotensi menahan kinerja perekonomian dari sisi eksternal. Selain itu, berlanjutnya ketegangan perdagangan dan geopolitik serta kebijakan-kebijakan proteksionis juga diprediksi dapat menahan pertumbuhan ekonomi tahun depan.
Karena itu, kata Hilman, perlu dilakukan beberapa langkah untuk memitigasi risiko tersebut diantaranya melakukan negosiasi dan perluasan pasar ekspor ke negara non tradisional dan mengupayakan pengembangan industri hilir minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).
"Penting juga fokus pada peningkatan produktivitas hasil perkebunan. Karena sektor ini masih menjadi andalan Sumut. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2019 yang dipatok di kisaran 5,1-5,5% bisa tercapai," kata Hilman.