Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Iklan politik yang diunggah oleh Partai Gerindra di akun Twitternya pada 15 Desember 2018 lalu menuai banyak komentar. Partai Gerindra mengunggah sebuah video berdurasi satu menit dengan keterangan "Akses pekerjaan harus terbuka luas, agar kelak tidak ada lagi gelar sarjana yang sia-sia".
Pengamat Ekonomi dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B Hirawan menjelaskan iklan tersebut tidak tepat. Profesi arsitek seharusnya mudah mendapatkan pekerjaan karena banyaknya pembangunan yang dilakukan.
"Si pencari kerja di iklan ini sayangnya tidak digambarkan dengan tepat, karena contohnya adalah sarjana arsitektur. Arsitek adalah profesi di bidang jasa yang seharusnya sangat relevan dengan semangat pembangunan infrastruktur fisik yang terus dikerjakan pemerintah saat ini," kata Fajar, Selasa (18/12/2018).
Dia menjelaskan, memang sejak 2008 kontribusi sektor komoditas yang diperdagangkan seperti pertanian, pertambangan dan industri manufaktur terhadap produksi domestik bruto (PDB) cenderung menurun dan lebih rendah dibandingkan sektor jasa.
Hal ini karena didorong oleh fenomena transformasi struktural di mana porsi tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa terus meningkat. Sementara porsi tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian dan industri manufaktur cenderung stagnan bahkan menurun.
Menurut dia, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di Asia Pasifik dan dunia secara umum juga mengalami pergeseran.
"Jadi masa menunggu tadi ditambah pergeseran atau transformasi struktural yang terjadi di Indonesia lah yang menyebabkan matching antara pencari kerja dan perusahaan memerlukan waktu yang lebih lama," imbuh dia. (dtf)