Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Industri batu bara tahun depan diprediksi melesu. Para perusahaan batu bara diperkirakan menahan diri untuk melakukan investasi dan produksi.
Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Pandu Patria Sjahrir menilai ada 2 hal yang membuat para pelaku usaha batu bara tak bergairah di tahun depan, yakni kebijakan kewajiban pemenuhan pasokan batu bara dalam negeri (domestik market obligation/DMO) dan rencana pemerintah mengubah kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Batubara (PKP2B) yang masa kontraknya akan berakhir dan bentuk pengusahaannya dikonversi menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi Produksi
"Apapun keputusan yang dibuat, kalau belum dibuat akan membuat ketidakpastian investasi akan slow down," ujarnya di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Selasa (18/12/2018).
Menurut Pandu jika kedua kebijakan itu masih belum diperjelas maka kemungkinan produksi batu bara tidak akan tumbuh tahun depan. Diprediksi produksi tahun depan sekita 480-500 juta ton
"Asosiasi hari ini mungkin tahun depan flat. Ini juga tentu ada keinginan dari pemerintah, untuk mendorong produksi agar menekan CAD tapi permasalahan under investasi atas ketidakpastian sekarang sulit bicara produksi naik," tambahnya.
Ketidakjelasan kebijakan itu juga memperlambat upaya hilirisasi produk batu bara. Pemerintah sendiri ingin para produsen mengembangkan produknya menjadi turunan seperti tenaga listrik, gas maupun bahan bakar minyak.
"Batu bara sejauh ini hanya ke pembangkit, kalau ke gas, teknologinya belum ada, sekarang nih baru ada. Kedua economic scale, bagaimana membangun yang besar agar investasinya masuk. Kalau likuifaksi perlu ada dukungan regulasi untuk membuatnya lebih jelas baik dari sisi pajak, investasi karena itu merupakan yang baru," terangnya.(dtf)