Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Belawan. Wakil Direktur Polisi Perairan (Polair) Polda Sumut, AKBP Untung Sangaji akan membantu masyarakat miskin di Sumatra Utara lewat home indutri cetakan atau mal pembuat batako. Mal yang diciptakan khusus untuk membuat batako berbahan baku kerang dan serbuk kayu. Ini dibuat sebagai buah karya untuk mengentaskan kemiskinan, terutama bagi warga pesisir dan yang belum memiliki rumah.
"Sudah banyak mal batako saya buat untuk menghasilkan batako unik. Mal yang terbuat dari besi untuk mencetak batako berbahan utama kulit kerang dan serbuk kayu, rencananya akan saya sumbangkan kepada kabupaten kota yang ada di Sumut, sebagai bentuk sumbangsih untuk mengentaskan kemiskinan di Sumut," ujar Untung Sangaji ketika ditemui medanbisnisdaily.com di markas Ditpolair Daerah Sumut, Jalan TM Pahlawan, Belawan, Kota Medan, Selasa (18/12/2018).
Dikatakan Untung, agar buah karyanya itu tidak sia-sia dan dapat digunakan secara berkesinambungan, dia menyatakan siap melatih terlebih dahulu para calon penerima alat tersebut.
"Jika mampu membuatnya, dan menyediakan bahan limbah yang akan diolah, alat pencetak batako unik itu akan diberikan secara gratis," ujar mantan Kapolres Aceh Utara tersebut.
Kata perwira polisi lulusan Akmil 1995 ini, alat ini untuk menunjang kemahiran masyarakat, yakni lebih pintar berkarya membangun rumah mereka sendiri. Bahkan bangunan rumah yang didominasi batako yang berbahan dasar limbah kulit kerang maupun serbuk kayu gergajian ini akan terlihat unik karena berbentuk fosil-fosil.
Untung menyebutkan, untuk memproduksi batako berbahan baku limbah kerang maupun serbuk kayu dengan ukuran lebih kurang 35x 7 x 16 cm dibutuhkan semen sebagai pengikat.
"Untuk satu sak semen ukuran 40 Kg bisa menghasilkan 40 buah batako, namun kalau dicampur pasir sedikit saja, bisa menghasilkan 50 buah batako," ujar ayah dari 3 anak, yakni Ody (9), Yuan (8) dan Aura (1,8) ini.
Untung menyebutkan, batako berbahan baku limbah ini akan terlihat indah sebagai bentuk bangunan bila tidak diplaster. Batako ini setelah dicetak dikeringkan selama 24 jam.
"Kekuatan batako berbahan limbah ini telah diuji coba dengan tembakan senjata SS1 tidak tembus peluru," ujar mantan anggota Densus 88 anti teror, tenaga pendidik dan instruktur berbagai keahlian di Pusdikpolair Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta ini.
Ide memproduksi alat pencetak limbah menjadi bahan bangunan batako bernilai semi, katanya, muncul ketika menjabat sebagai Wadir Polair Daerah Sumut awal Maret 2018. Pria kelahiran Ambon, 6 Juni 1965 ini meminta seorang aktivis LSM untuk mencari dan menghitung jumlah kerang yang diambil nelayan di perairan Sumatra Utara.
"Ternyata ada lebih kurang 3 ton kerang per hari yang diperoleh nelayan di Sumut dan limbahnya sangat bermasalah untuk ditumpuk, sehingga muncul ide untuk membuat mal pencetak batako untuk menampung limbah tersebut," ujar alumni STM Negeti 2 Kudamati, Ambon 1984 dan S1 Tehnik Perkapalan Unpatti, Ambon 1992 tersebut.
Pamen polisi berpangkat dua kembang melati emas ini menyebutkan, beberapa buah karyanya sempat dilirik oleh warga asing karena diposting lewat media sosial.
"Dalam waktu dekat alat ini akan saya daftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM guna mendapatkan hak paten," ujarnya.
Untung berharap sumbangsih yang diberikannya dapat mengurangi kemiskinan di Sumut dengan terbukanya lapangan pekerjaan pembuatan batako unik dan tersedianya rumah warga.