Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Di hadapan ratusan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara (Pemprovsu). Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi bercerita pengalamannya selama menjadi tentara 32 tahun. Ia mengatakan, di lingkungan TNI, tempeleng (tampar) merupakan hal yang biasa. Bahkan, ia mengaku menempeleng anggotanya bukan berarti pertanda marah.
"Saat dinas, 32 tahun, tempeleng anggota, itu tak marah. Kalau diam, itu baru tanda marah," kata Edy saat memimpin apel terakhir ASN Pemprov Sumut di 2018, di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur Sumut, Jalan Diponegoro, Medan, Senin (31/12/2018).
Menurutnya, di TNI perlakuan tempeleng itu pendewasaan seseorang. "Anggota saya dulu sudah tahu, kalau tempeleng bukan marah. Diam atau tak perduli baru tanda marah," ucapnya lagi.
"Cara mukul pun dilatih, tempeleng di pipi, bukan ditelinga, kalau di telinga bisa pecah gendang telinganya. Anehnya di STPDN dilakukan seperti itu, memukul seperti mukul musuh, itu yang tidak boleh. Kalau disini (Kantor Gubernur) tidak mungkin diterapkan seperti itu," sebutnya.
Saat perayaan Natal Nasional 2018, Edy mengaku bertemu dengan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan. Di kesempatan itu, kata Edy, Luhut sempat bertanya kenapa dirinya selalu marah-marah.
"Pak Luhut bilang, dia dapat informasi dari rakyat Sumut kalau saya kerjanya marah-marah. Saya jawab, bapak yang ajarin saya seperti ini," katanya.
Karena dianggap sering marah-marah, Edy bahkan sempat berkaca dan bertanya kepada dirinya sendiri apa yang salah dengan dirinya.
"Tidak ada yang salah sepertinya setelah saya berkaca. Memang karakter saya seperti ini," tukasnya.