Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanah Karo. Impor jagung sebanyak 30.000 ton di awal 2019 membuat resah petani di Tanah Karo. Keputusan impor yang dilakukan atas permintaan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, dalam rapat koordinasi yang melibatkan sejumlah menteri itu, dikhawatirkan akan menurunkan harga jual jagung yang saat ini berada di level Rp 4.000 - 4.200 per kilogram.
"Sekarang petani Karo mulai panen jagung, tapi pemerintah malah mengimpor. Kami jadi bingung. Padahal, belakangan, Kementan menyatakan akan ada tambahan panen jagung hingga 10 juta ton pada Januari-Maret 2019. Memang, menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi, keputusan menambah impor dilakukan sebagai langkah antisipasi. Ketika keputusan diambil, panen jagung belum terjadi. Lalu, bagaimana nanti nasib petani jagung?” ujar Mondan Tarigan, warga Kecamatan, Tiga Binanga, kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (15/1/2019).
Mondan berharap, pemerintah pusat lebih bijak dalam mengantisipasi lonjakan harga jagung pascadibukanya kran impor.
”Sekarang harga jual jagung basah Rp 4.000 (usia 4 bulan), sedang Rp 4.100, dan kering Rp 4.200 (usia 4,3 - 4,5 bulan). Jarang harga semahal ini, kalau gagal tanam atau gagal panen, petani juga yang menanggung sendiri. Derita petani bukannya disubsidi seperti dibukanya kran impor untuk pengusaha ternak,’ ucapnya kesal.
Petani jagung lainnya, Ramta Ginting, juga melontarkan komentar senada. Menurut ayah dua anak itu, ketika pemerintah tak mampu meningkatkan teknik dan pengetahuan pengelolaan pasca panen, maka tingkat perekonomian petani jagung akan tetap tak berubah dari tahun ke tahun. Bahkan, tak jarang petani mengalami penurunan pendapatan pada saat mereka gagal tanam dan gagal panen ketika cuaca tak mendukung.
“Kalau masih tetap tanam jagung dan jual jagung, maka kami akan begini-begini saja. Pelatihan teknik serta bantuan peralatan pascapanen perlu diberikan kepada petani. Bukan hanya bantuan benih atau pupuk subsidi. Dengan begitu, petani bisa tanam jagung dan yang dijual tepung, sehingga ada peningkatan harga jual. Ke depan, kami berharap petani jagung dicerdaskan, sehingga dampak kebijakan impor tidak terlalu berpengaruh kepada pendapatan petani,” ujar Ramta Ginting.