Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Simalungun.Petani palawija di sejumlah sentra produksi sayur mayur di Kabupaten Simalungun mengeluhkan iklim yang tidak menentu sejak hampir sebulan belakangan ini. Dampak curah hujan yang cukup tinggi di awal tahun 2019 ini membuat tanaman muda palawija termasuk tomat dan cabai busuk hingga merugikan petani.
Menurut Rijan Irnando Purba, petani palawija di Kecamatan Dolog Masagal, Jumat (18/1/2019), seharusnya tanaman palawija yang ditanam 2 atau 3 bulan lalu sudah akan dipanen akhir Januari atau awal Februari nanti. Namun akibat curah hujan tinggi membuat tanaman muda busuk dan tidak bisa dipanen.
"Seharusnya akhir Januari atau awal Februari nanti sudah panen. Namun akibat musim hujan belakangan ini banyak tanaman yang busuk dan tidak bisa dipanen," sebut Rijan.
Bila curah hujan terus tinggi bulan ini, menurutnya, petani palawija bakal mengalami kerugian yang cukup besar karena gagal panen.
Dengan kondisi cuaca yang tidak menentu, menurutnya, petani palawija yang sudah sempat menanam awal bulan Januari kemarin terancam mengalami rugi besar.
Namun untuk mengantisipasi kerugian yang besar petani juga terpaksa memanen tanaman palawija seperti tomat lebih awal,karena khawatir busuk.
Meski banyak petani yang terancam gagal panen akibat cuaca yang tidak menentu, namun harga sayur mayur di pasar tradisional di Simalungun dan Pematangsiantar masih normal.
Salah seorang pedagang sayur mayur di Pasar Horas Pematang Siantar, Juli Sinaga, mengatakan, harga kol dan sawi masih normal sejak Natal dan Tahun Baru, yakni di kisaran Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per kilogram.
"Sampai saat ini hanya buncis yang naik, yakni sekitar Rp 10.000 per kilogram saat ini dari sebelumnya Rp 6.000-Rp 7.000 per kilogram. Sedangkan kol dan sawi masih normal," kata Juli.