Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Cerita tentang masih buruknya layanan wisata oleh para operator pariwisata di kawasan Danau Toba ternyata beragam. Kali ini berasal dari putra asli Samosir yang kini menduduki jabatan penting di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Adalah Eduard Sigalingging orang dimaksud. Sekarang ia menjabat Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kemendagri. Pada Selasa 22/1/2019, Eduard tampil sebagai pembicara di acara Musrenbang RPJMD Sumut 2018-2023, di Tiara Convention Center, Medan, yang juga dihadiri Mendagri Tjahjo Kumolo.
Di hadapan ratusan peserta Musrenbang yang terdiri atas Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah, kepala daerah kabupaten/kota dan Kepala Bappeda se-Sumut, kepala-kepala dinas serta akademisi, dia bercerita tentang pengalaman pribadinya mendapat layanan tak mengenakkan dari pelayan restoran di Parapat, Kabupaten Simalungun.
Katanya, untuk satu keperluan acara kementerian pihaknya mengorder kegiatan makan di satu hotel bintang empat di Parapat. Dalam kaitan itu dia dan beberapa temannya sempat duduk di restoran dan memesan minuman.
Oleh waitress, seketika minuman diletakkan di atas meja, dia langsung berlalu tanpa berbicara sepatah kata pun.
"Masak seorang pelayan hotel di kawasan wisata Danau Toba begitu pelayanannya kepada tamu, diam dan pergi setelah mengantarkan pesanan," ungkap Eduard.
Cerita lain adalah pengalaman buruk 5 orang temannya dari Kementerian Perdagangan yang satu ketika berlibur di kawasan Danau Toba tahun lalu. Dari Bandara Silangit, Kabupaten tapanuli Utara, mereka menuju hotel di Parapat dan mengorder layanan jasa speedboat. Menuju Tomok, Kabupaten Samosir. Selama dua jam.
Setiba di Tomok, ternyata mereka berniat berbelanja souvenir. Dengan demikian waktu dua jam sesuai order akan terlampaui. Operator speedboat yang merasa keberatan waktunya akan lebih dua jam cari alasan agar belanja souvernir dibatalkan.
"Dia bilang bahwa cuaca sedang tidak baik dan tidak menjamin keselamatan mereka. Oleh karena itu diajak pulang ke hotel," tutur Eduard.
Akan tetapi yang terjadi sesampai di hotel di Parapat yang terjadi tidak seperti yang dikhawatirkan. Cuaca cukup cerah.
"Mereka bercerita kepada saya telah dibohongi," tegasnya.
Kedua cerita tersebut dikatakan Eduard sebagai perilaku operator pariwisata di kawasan Danau Toba yang tidak profesional. Kisah itu sempat dibagikannya di media sosial melalui grup Samosir yang dia bergabung di dalamnya. Dengan harapan Bupati membacanya.
Ungkapnya, tak hanya pelayan hotel atau jasa speedboat, harus jadi perhatian pemerintah bagi peningkatan kwalitas operator pariwisata di kawasan Danau Toba. Termasuk operator di sektor transportasi atau UKM.
Dengan alasan itu, Eduard mengingatkan agar Kepala Dinas Pariwisata Sumut, Hidayati, yang turut hadir di acara Musrenbang, melakukan pembinaan demi peningkatan kualitas seluruh operator pariwisata di kawasan Danau Toba.
"Kalau tidak ada pembinaan dan perbaikan kualitas saya yakin wisatawan yang datang ke Danau Toba hanya satu kali, tidak akan pernah kembali lagi," ujar Eduard.
Terhadap cerita tersebut, Hidayati mengakui bahwa masih terdapat banyak warga dan para pelaku di sektor pariwisata di kawasan Danau Toba yang belum sadar wisata. Padahal hal tersebut sudah disosialisasikan. Hal tersebut menjadi perhatian bagi dinas yang dipimpinnya.
"Tahun ini kita tekankan agar ada perbaikan perilaku pelaku usaha pariwisata terkait hospitality (keramahtamahan) dan sadar wisata," kata Hidayati menjawab medanbisnisdaily.com.