Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Perekonomian China dalam satu tahun ke belakang tercatat mengalami perlambatan. Lantas, sektor mana yang paling berisiko terkena dampak ini?
Dikutip dari CNN, sektor dari barang-barang serta mobil mewah akan terkena dampak paling besar dari pelemahan ekonomi. Sebab, sektor tersebut telah menganggap China sebagai salah satu pasar besar baginya.
"Setelah berjuang dalam dua hingga tiga tahun terakhir, merek barang mewah akhirnya harus berjuang keras," kata analis China Market Research, Ben Cavender, Rabu (30/1/2019).
Lebih lanjut, industri otomotif juga tercatat melemah terbukti dari penjualan yang menyusut di sepanjang tahun 2018. Padahal, China merupakan pasar besar lebih dari Eropa dan Amerika Serikat.
Pendiri perusahaan mobil listrik, Sino Auto Insights, Tu Le mengatakan bahwa pihaknya sendiri telah memangkas harga penjualannya.
Sejumlah perusahaan besar, seperti Perusahaan mesin konstruksi Caterpillar mengaku telah kehilangan pendapatan terbesar dalam satu dekade.
Selain itu, perusahaan Apple memperkirakan dampak perekonomian China yang melambat akan menekan angka penjualannya. CEO Tim Cook mengatakan pada dasarnya dampak perlambatan ekonomi China sangat besar.
China sendiri merupakan penyumbang pendapatan sebesar 15% bagi perusahaan. "Besarnya perlambatan ekonomi," terang Cook.
Sementara itu, di tengah kondisi tersebut masih ada beberapa perusahaan yang mampu bertahan dengan baik. Misalnya, penjualan toko ritel.
Perusahaan pembuat popok, Procter & Gamble (P&G) dan deterjen Tide laundry mengaku tak merasakan dampak dari perlambatan ekonomi. Bahkan, mereka berharap China menjadi pasar konsumen besar pada tahun depan.
"Tidak melihat tanda dari perlambatan konsumen di China," jelas perusahaan tersebut.
Senada dengan itu, CEO Adidas, Kasper Rorsted mengatakan pihaknya masih melihat adanya pertumbuhan penjualan yang besar di bulan November. Walaupun diakui di kuartal pertama 2019 ada sedikit perlambatan.
Bahkan, CFO Nike, Andrew Campion mengatakan sama sakali tak melihat dampak perlambatan. Pasalnya di bulan Desember perusahaan justru menilai sebagai waktu penjualan yang sangat kuat. (dtf)