Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menginginkan mengubah nama Filipina menjadi Maharlika. Duterte mengharapkan dengan perubahan nama ini dapat menghilangkan kolonialisme yang selama ini melekat pada nama negara Filipina. Dalam bahasa lokal, Maharlika artinya bangsawan.
Lalu bagaimana kondisi perekonomian Filipina saat ini?
Mengutip laporan Asian Development Bank (ADB) pertumbuhan ekonomi Filipina betah di kisaran 6%. Pada 2016 ekonomi tumbuh 6,9%, kemudian memasuki 2017 turun menjadi 6,7% lalu pada 2018 tercatat kembali di kisaran 6,9%.
Selanjutnya untuk angka inflasi pada 2016 Filipina mengalami inflasi 1,3%. Pada 2017 naik signifikan menjadi 2,95%. Memasuki 2018 inflasi Filipina membumbung tinggi menjadi 5% dan 2019 ditargetkan inflasi di kisaran 3,9% - 4%.
Filipina sama seperti Indonesia, di mana neraca transaksi berjalannya tercatat mengalami defisit. Pada 2016 defisit tercatat 0,4%, kemudian 2017 0,8%. Lalu pada 2018 defisit naik menjadi 1,8%.
ADB menyebutkan Filipina adalah salah satu negara dengan perekonomian yang cepat di kawasan Asia Tenggara. Ini didorong dengan banyaknya investasi yang masuk dan pemerintah yang memperkuat ekonomi makro.
"Pemerintah Filipina juga fokus pada pembangunan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang agresif namun tetap inklusif. Selain itu pemerintah juga berupaya memperluas lapangan kerja dalam jumlah besar dan mengurangi kemiskinan," tulis keterangan dikutip, Kamis (14/2/2019).
Filipina merupakan mitra ADB sejak 1966. Antara ADB dan Filipina juga memiliki rencana pembangunan periode menengah 2019-2021 dan 2018-2023 untuk pembangunan di Filipina. (dtf)