Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Dalam satu minggu terakhir, warga dihebohkan dengan kemunculan harimau di dua tempat berbeda. Meskipun sudah memakan 4 ekor kambing, warga tetap diimbau untuk menghalaunya ke dalam hutan dan tidak ke ladang sendirian.
Kasubbag Tata Usaha Balai TNBG, Boby Nopandri mengatakan, pertama kali pihaknya mendapatkan informasi kemunculan harimau di Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, Selasa (12/2/2019). Saat itu 3 orang warga berada di ladang dan melihat keberadaan harimau di sekitar ladang mereka.
"Posisinya 5 km dari kampung. Warga yang melihat harimau saat itu dua orang lari ke kampung, satu tertinggal di ladang. Sorenya warga musyarawah dan menjemputnya," katanya kepada medanbisnisdaily.com, Kamis (14/2/2019).
Pihaknya bersama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) baru datang ke lokasi keesokan harinya. Informasi yang diterimanya dari Polsek, Koramil dan Camat, ada dua harimau. Atas informasi tersebut, pihaknya kemudian turun ke masyarakat memberikan sosialisasi dan membuat bunyi-bunyian untuk menghalaunya pergi ke dalam hutan.
"Jadi kawan-kawan saat ini sedang bekerja di lapangan memasang kamera trap," katanya.
Lokasi kedua kemunculan harimau di Kampung Sibatang Garut Desa Batang Parsuluman Kec. Saipar Dolok Hole, Tapanuli Selatan. Di desa ini, 4 ekor kambing sudah dimakan oleh harimau. Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III, Padang Sidempuan, Gunawan Azla mengatakan, kemunculan pertama kali pada tanggal 5 Februari dan kemunculan kedua pada tanggal 11 Februari.
Menurutnya harimau yang muncul sebanyak tiga ekor yakni 2 dewasa dan anak 1 anakan. Tim juga menemukan jejak. Informasi yang diperoleh dari warga, kata dia, harimau sudah memakan sebanyak 4 ekor kambing warga meskipun berada di dalam kandang. "Langkah yang kita lakukan sekarang ini sosialisasi di masyarakat dan membuat jeduman untuk menghalaunya ke hutan," katanya.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut), Hotmaulo Sianturi mengatakan, kemunculan di dua tempat tersebut baru pertama kali. Karena itu pihaknya sangat mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memasuki ladang sendirian, pulang dari ladang sebelum pukul 17.00 dan membuat bunyi-bunyian.
Cara-cara tersebut menurutnya masih efektif untuk menghindari terjadinya konflik antara masyarakat dan harimau. Saat ini tim masih berada di lapangan untuk memantau perkembangan. Pihaknya bekerjasama dengan pemerintah kabupaten dan juga masyarakat. Mengenai ternak kambing yang dimakan harimau, menurutnya tidak ada anggaran untuk menggantinya. "Mau ganti apa? Kita tak ada anggaran untuk itu," katanya.