Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kehadiran perusahaan besar yang berinventasi di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) sekitarnya bakal mengancam habitat species orangutan yang tinggal 800 ekor. Kehadiran Perusahaan Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Kecamatan Marancar dan Sipirok bakal mengurangi keamanan habitat hewan yang dilindungi itu.
"PLTA itu dikelola PT NSHE (North Sumatera Hydro Energy) anak perusahaan dari Dharma Hydro dengan kapasitas 510 MW di area seluas 2.405 hektare. Kehadiran PLTA ini justru mengancam species orangutan," kata Ketua Forum Peduli Tapsel, Suheri Harahap kepada medanbisnisdaily.com, di Medan, Minggu (24/02/2019).
Suheri menegaskan, satu sisi program pemerintah di bidang energi baru terbarukan yang katanya memberi manfaat dari sisi energi listrik, ekonomi dan lingkungan harus didukung, guna mempertahankan ketersediaan listrik dan mengatasi masalah listrik secara nasional.
"Jadi, kita meminta Pemkab Tapsel, Tapteng dan Tapanuli Utara benar-benar berkomitmen terhadap konservasi orangutan di hutan Batang Toru. Jika tidak, PLTA yang ada ini bukan memberikan kesejahteraan kepada rakyat, tetapu justru sebaliknya bakal merusak hutan lindung," katanya.
Diakatakan, persoalan PLTA ternyata tidak hanya membahas ganti rugi pembebasan lahan saja. Tetapi, ini menyangkut perlunya kajian secara komprehensif, termasuk keberadaan masyarakat adat di Tapsel. Bukan raja-raja luat yang dibentuk pemerintah daerah, apalagi diadakan untuk dukung mendukung PLTA, tapi benar-benar lahir dari masyarakat yang sejak dulu ada.
"Sehingga diperkuat dengan Peraturan Daerah (Perda). Kita tidak bisa membayangkan bagaimana mungkin raja-raja adat ini paham tentang hutan dan listrik. Mereka hanya sebagai pemberi petuah untuk mempertahankan modal sosial dan kearifan lokal. Kita harus perkuat tatanan masyarakat adat Tapsel yang memberi pandangan objektif. Mereka ini akan ikut mengawal investasi yang masuk ke Tapsel," katanya.
Kandidat doktor Pascasarjasana USU ini mengatakan, pembangunan PLTA di Tapsel tersebut harus aman dari guncangan gempa. Karenanya, sangat diperlukan kajian akademis dan argumen ahli, sehingga mendorong riset ilmiah, bukan hanya kepentingan pragmatis demi percepatan PLTA beroperasi.
"Kajian kegempaan akan menarik untuk menguji perbedaan pendapat pro dan kontra PLTA. Kepada kampus dan universitas di Tapsel seperti UGN, UMTS, IAIN Padang Sidimpuan, PERTINU harus dilibatkan. Ini dilakikan kerja sama Pemkab Tapsel, USU dan PT NSHE untuk menyukseskan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan," katanya.
Selama ini, kata dia, setiap kehadiran perusahaan besar sering memunculkan konflik horizontal dan masyarakat tidak mendapatkan hasil. "Kalau ditanya siapa sebenarnya PT NSHE ini? Mungkinan saja, lamnbat laun akan masuk ke tambang emas PT Agincuort Resources (AR). Dan tidak tertutup kemungkinan PLTA Batang Toru hadir untuk kepentingan tambang. Kita harus mengawal kepentingan rakyat Tapsel ini, jangan sampe dipernainkan aktor kepentingan politik," katanya
Sebelumnya, Wanda Kuswanda dari Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) AeK Nauli, menyebutkan, PLTA Batang Toru tidak memberi pengaruh signifikan untuk mengganggu keberadaan populasi orangutan.
"Kalau dibilang peluang dampak mengganggu itu ada, ya benar ada. Tetapi tidak berpengaruh signifikan mengganggu keberadaan populasi orangutan di Batangtoru karena PLTA Batang Toru," ujar Wanda, yang sudah 15 tahun meneliti orangutan di hutan Batang Toru.
Hal itu disebutkan Wanda menjawab wartawan soal apakah orangutan terganggu dengan hadirnya PLTA Batang Toru, usai dirinya memaparkan materi Orangutan Tapanuli dalam media briefing yang digelar PT NSHE, di Hotel Aryaduta, Jalan Kapten Maulana Lubis Medan, Jumat (22/2/2019).
Dia mengatakan PLTA Batang Toru hanya menempati lahan 122 Ha. Itu artinya luasannya sangat kecil dibandingkan habitat orangutan di sekitar 130.000 hektare hutan Batang Toru. Lahan 122 Ha tersebut bukan merupakan habitat inti orangutan, karena sudah merupakan kebun karet, kebun campur yang merupakan lahan budidaya masyarakat.
BP2LHK AeK Nauli merekomendasikan dibangun station research untuk meminimalisir dampak bagi orangutan, pembentukan tim monitoring orangutan dan satwa lainnya, membantu mitigasi konflik dan mengembangkan ekonomi alternatif.
Senior Advisor Lingkungan NSHE, Agus Djiko Ismanto, mengatakan, pihaknya sudah membangun semacam sarana penghubung berupa jembatan gantung antar titik hutan yang satu dengan yang lainnya agar orangutan bebas berpindah.. Orangutan bisa lewat dari jembatan gantung itu.
Kemudian, saat ini terus difasilitasi mewujudkan pembangunan station research bekerja sama dengan IPB. "Dan oleh karena itulah memang menjadi perhatian utama kami jangan sampai orangutan kita ganggu, apalagi secara sengaja. Kami menerapkan zero toleran bagi siapa saja, yang artinya tidak ada toleransi bagi siapapun di kawasan kami yang terbukti mengganggu orangutan. Ini tegas kami terapkan," sebut Agus.