Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pernyataan mengejutkan dilontarkan oleh CEO Xiaomi, Lei Jun. Ia mengatakan bahwa pihaknya ingin menanggalkan 'jati diri' perusahaan yang dikenal menjual ponsel dengan harga murah dan tak akan lagi mematok banderol di bawah 2.000 yen untuk sebuah smartphone.
Lantas, apakah Xiaomi mulai mengincar untung besar dengan menaikkan harga ponsel buatannya? Jika melihat komitmen dari perusahaan asal China tersebut, memperlebar margin sepertinya bukan lah muara dari keputusan yang diambil oleh Lei.
Sampai tahun lalu, Xiaomi menyatakan bahwa pihaknya konsisten untuk mempertahankan margin keuntungan di level 5%. Ketimbang memperlebar selisih antara biaya pembuatan dan harga barang, mereka memilih untuk 'berjualan iklan' di dalam ponsel demi meraup keuntungan yang lebih besar.
Jika mereka tetap mempertahankan komitmen dan model bisnis seperti itu, maka dengan meningkatnya harga smartphone buatannya, besar kemungkinan harga produksinya juga lebih tinggi. Artinya, Xiaomi bisa jadi membuat ponsel yang lebih mahal bermaterikan komponen berharga tak murah pula.
Peningkatannya bisa merambah ke banyak sisi. Layar yang lebih tajam, ketahanan terhadap air dan kondisi lain, hingga semakin tingginya RAM dan memori internal di dalamnya. Lei sendiri memang mengatakan bahwa pihaknya akan lebih berinovasi terhadap produknya seiring dengan peningkatan harga tersebut, sebagaimana detikINET kutip dari Android Authority, Jumat (8/3/2019).
Menariknya, ucapannya tersebut keluar tak lama setelah Redmi menjadi sub-brand, dan bahkan kini sudah berdiri sendiri. Sebelumnya, Redmi dikenal sebagai kini Xiaomi yang menawarkan harga murah ketimbang kompetitif di pasarnya.
Apakah ini berarti Xiaomi akan ikutan tren dalam memberikan ponsel flagship yang lebih mahal dan fokus pada pasar tersebut? Itu bisa jadi kemungkinan terbesar, namun tidak ada yang tahu pasti sampai, paling tidak, Xiaomi mengumumkan kini flagship terbarunya nanti.(dtn)