Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pertumbuhan lapangan kerja di Amerika Serikat (AS) pada Februari sangat rendah dengan hanya menciptakan 20.000 lapangan kerja. Hal ini menjadi tanda bahwa ekonomi negeri Paman Sam melambat pada kuartal pertama.
Departemen Tenaga Kerja di AS melaporkan bahwa data tenaga kerja ini terlemah sejak September 2017 atau 1,5 tahun terakhir. Penurunan lapangan kerja terbesar di industri konstruksi, kemudian di sektor transportasi dan pergudangan.
Sementara itu meski mengusung kebijakan 'Amerika First' dalam perdagangannya, neraca dagang AS tercatat masih defisit dan target perekonomian tumbuh 3% pada 2018 tidak tercapai.
Meski demikian, kegagalan dalam meningkatkan lapangan kerja selama dua bulan berturut-turut tidak mengganggu pasar tenaga kerja secara menyeluruh. Pasalnya, laporan ketenagakerjaan diawasi dengan ketat dan kuat.
Berdasarkan laporan, tingkat pengangguran turun di bawah 4%, peningkatan upah yang lebih baik juga telah menciptakan 12.000 lapangan kerja. Sehingga total untuk Desember dan Januari sudah ada 538.000 lapangan pekerjaan.
"Kami telah memperingatkan bahwa kenaikan lapangan kerja baru-baru ini telah melebih-lebihkan kekuatan yang mendasari pasar tenaga kerja AS," kata Harm Bandholz, kepala ekonom AS di UniCredit Research di New York, seperti dikutip Reuters, Sabtu (9/3/2019).
Ekonomi negeri Paman Sam melambat karena stimulus pemotongan pajak yang capai US$ 1,5 triliun dan anggaran meningkatkan belanja pemerintah, serta ditambah lagi defisit perdagangan. Hal ini membuat ekonomi AS pada kuartal I-2019 diperkirakan hanya 1%.
Aksi jual pasar saham dan tingkat imbal hasil AS yang tinggi di akhir 2018 membuat pasar semakin ketat dan memungkinkan memperlambat rekrutmen tenaga kerja. Berdasarkan laporan, lama waktu kerja dalam satu minggu mengalami penurunan dari 34,5 jam menjadi 34,4 jam pada Januari.
"Semua laporan ini dilakukan untuk mengingatkan orang-orang bahwa ekonomi melambat dan ekonomi moderat tidak menciptakan sejumlah besar posisi baru," kata Joel Naroff, kepala ekonom di Naroff Economic Advisors di Holland, Pennsylvania.
Bahkan, data ketenagakerjaan AS juga membuat bursa saham AS mengalami penurunan. Data ketenagakerjaan menambah kekhawatiran pelaku pasar yang sebelumnya dipicu oleh perlambatan data ekspor China dan perlambatan ekonomi Eropa. (dtf)