Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Teluk Dalam. Meski mendapat perlawanan dari sejumlah warga di Kepulauan Nias yang merupakan pelanggan penunggak pembayaran rekening listrik di PT PLN (Persero) UP3 Nias, namun tak menyurutkan target PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sumatra Utara menagih tunggakan rekening.
PLN pun fokus dan berjibaku menagih tunggakan (rekening listrik per bulan dan denda) mulai Januari 2019. Awalnya PLN hanya mengandalkan petugas internal PLN UP3 Nias menagih. Namun tak semudah yang dibayangkan. Banyak juga warga penunggak rekening yang malah menolak membayar. Bahkan sejumlah warga memberikan perlawanan.
Melihat kondisi itu, PLN akhirnya membentuk tim yang menggandeng aparat kepolisian dan TNI. Barulah penagihan mulai berlangsung lancar meskipun di satu sisi, tak menjamin tidak adanya perlawanan warga.
Fokus penagihan untuk warga yang tunggakannya di atas 1 tahun. Kemudian PLN menawarkan migrasi dari meteran pascabayar ke prabayar. PLN menyebutkan pembayaran listrik dengan meteran prabayar lebih hemat.
Namun sebelumnya sosialisaai penagihan sudah dilakukan PLN kepada masyarakat dengan menggandeng para tokoh, koordinasi ke bupati/walikota, FKPD, camat, kepala desa dan pimpinan keagamaan.
Hal itu dikatakan Manager Administrasi Niaga PLN Wilayah Sumut Ferdinand Damanik saat mengajak wartawan, Rabu-Jumat, 13-15 Maret 2019, melihat langsung proses penagihan kepada warga yang menunggak di beberapa desa di Nias Selatan.
Ferdinand bersama Manager PLN UP3 Nias Selatan Evan Sirait dan Manager PLN ULP Teluk Dalam Nisel Jadiman Arfedi Hutapea di bawah koordinasi Senior Manager Niaga PLN Wilayah Sumut Rino Gumpar Hutasoit memimpin tim operasi penagihan rekening itu.
Dia mengatakan hingga per 12 Maret 2019, sisa tunggakan sebesar Rp33 miliar dari 43.431 pelanggan di seluruh kepulauan Nias. Rinciannya tunggakan 1-3 bulan 31.319pelanggan Rp6,4 miliar, tunggakan 4 - 12 bulan 5.281 pelanggan Rp2,8 miliar dan tunggakan 13 - 90 bulan 6.831 pelanggan Rp23, 8 miliar.
Sebelumnya sampai akhir Desember 2018, tunggakan pelanggan PLN UP3 Nias Rp37,54 miliar. Rinciannya 1 - 3 bulan 10.122 pelanggan Rp1,29 miliar, 4 - 12 bulan 6.595 pelanggan Rp3,14 miliar dan tunggakan 13 - 90 bulan 12.854 pelanggan Rp33,11 miliar.
Ferdinand mengatakan desa-desa di Kepulauan Nias yang sebagian warganya melakukan perlawanan, diantaranya Desa Holi dan Desa Maziawa di Nias Utara, Desa Hilinamoniha, Desa Hilimagari, Desa Hilisataro dan Desa Bawolahusa di Nias Selatan.
Bentuk perlawanan, sebut Ferdinand, seperti menolak membayar, memprovokasi satu sama lain, menggalang kekuatan dan menebar ancaman, menunjukkan parang dan peralatan lainnya. Bahkan sebagian warga menghadang tim agar tak menagih.
Pihaknya juga menghadapi kondisi dimana sebagian besar penunggak merasa tak harus membayar dan berharap ada pemutihan. Hal itu pun diperkuat dengan hasutan sejumlah oknum, seperti calon legislatif yang mengeksploitasi persoalan untuk meraup suara.
Tak pelak, perlawanan warga itu menyerang psikologis para tim penagih. "Jujur kita takut, penuh risiko apalagi karena kita pun tak menguasai penuh kondisi geografis daerah Nias ini. Namun begitu pun kami tak akan mundur, sebab ini untuk kepentingan bersama," sebutnya.
Ferdinand menegaskan sikap PLN, yakni menagih seluruh tunggakan dan memutus sambungan listrik rumah bagi yang tak mau membayar. "Begitu pun, kami tetap memberi kesempatan terlebih dahulu kepada warga untuk mengusahakan uang pembayaran," kata Ferdinand.
PLN, sebut Ferdinan, tidak mempunyai pilihan lain, selain berjibaku menagih tunggakan. Sebab sebagian besar pelanggan yang menunggak sudah di atas 1 tahun dan bahkan ada yang sampai 5-8 tahun. Karenanya personil tim penagih tunggakan, didatangkan dari PLN UP3 se-Sumut secara bergiliran, yang dikoordinir Bagian Niaga PLN UIW Sumut.
Dalam operasi penagihan tunggakan di Desa Siwalawa Kecamatan Fanayama, Nisel, Kamis (14/3/2019), misalnya, sejumlah warga mencoba menolak membayar. Alasannya karena PLN tak beres melayani dan merasa tak harus membayar lagi karena sudah lama tak ditagih.
Setelah tidak ada titik temu, akhirnya tim membongkar meteran dan memutus sambungan. Namun pemilik rumah meminta tim menunggu agar sambungan listrik tidak diputus total. Sekitar 2 jam kemudian, pemilik rumah melunasi tunggakan dan meteran kembali dipasang hingga listrik tersambung kembali.
Warga penunggak lainnya di Desa Hilikaramaha Kecamatan Fanayama, juga awalnya berkelit tidak ada uang dan tak bersedia membayar. Namun tim yang terus memaksa membayar membuat warga akhirnya bersedia meski mengulur waktu berjam-jam. "Kami tak lantas percaya dengan warga yang tak mau membayar karena tak ada uang. Jauh-jauh hari penagihan sudah disosialisasikan kepada warga dan sudah juga disurati koordinasi dengan kepala desa dan sudah juga diumumkan di rumah ibadah. "Sehingga harus dibayar, warga akan semakin malas membayarkan jika tak dipaksa," sebut Ferdinand.
Namun di sisi lain, sejumlah warga di Desa Siwalawa mengaku bukan tidak berniat membayar. Seorang warga bermarga Sarumaha menyebutkan PLN yang selama ini tidak aktif menagih. "Kemana PLN selama ini, mengapa baru sekarang memaksa bayar," sebut Sarumaha.
Seorang warga lainnya bahkan menyarankan agar PLN menempatkan petugas penagih rekening listrik di desa-desa. Dengan begitu, warga akan lebih mudah membayar. Selama ini dengan harus pergi membayar rekening ke kota, tidak efektif. Selain karena jaraknya yang jauh ke kota, juga karena kebanyakan warga tak memiliki kendaraan. Warga sehari-hari sibuk ke ladang.
Sebelumnya, Senior Manager Niaga PLN Unit Induk Wilayah Sumut, Rino Gumpar Hutasoit mengatakan PLN kesulitan beroperasi untuk menyuplai energi listrik di Kepulauan Nias. Kondisi itupun membuat Kepulauan Nias terancam gelap gulita.
Rino Gumpar mengatakan penyebab PLN sulit beroperasi di Nias karena banyaknya warga yang rekening listriknya menunggak. "Bahkan tunggakan rekening listrik bertahun-tahun, ada yang sampai lima tahun hingga delapan tahun dan hingga saat ini belum bayar," kata Rino Gumpar, Kamis (14/3/2019).
Padahal, kata Rino, uang dari pembayaran rekening listrik warga sejatinya yang digunakan PLN beroperasi di Nias. Artinya jika masyarakat pelanggan lancar membayar tagihan, maka akan lancar jugalah operasional, termasuk pelayanan. "Misalnya untuk bahan bakar, ya kami membelinya pakai uang itu. Kemudian untuk pelayanan dan pemeliharaan juga. Jadi kelancaran operasional PLN sangat tergantung dari pembayaran rekening," kata Rino.
Untuk itu, PLN UIW Sumut sangat bermohon agar semua pelanggan yang menunggak, segera melunasinya. "Kami sudah kasih kesempatan, dan kalau tidak berniat melunasi, kami terpaksa membongkar sambungan," tegas Rino.