Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com. Pemerhati Kawasan Danau Toba (KDT) dari Perhimpunan Jendela Toba, Mangaliat Simarmata, mendesak semua pihak, baik itu Pemprov Sumut dan Pemkab Simalungun, segera membenahi Kerambah Jaring Apung (KJA) yang bertebaran di permukaan Danau Toba di di Kecamatan Haranggaol. Keberadaan KJA itu telah menimbulkan bau busuk menyengat dan sangat merusak ekosistem.
"Fakta di lapangan, keadaan Haranggaol sebagai salah satu area yang sudah ditetapkan sebagai area geosite Geopark Kaldera Toba dipenuhi KJA dan eceng gondok. Haranggaol sangat kumuh. Padahal, katanya Haranggaol merupakan kawasan wisata andalan Pemkab Simalungun," jelas Mangaliat.
Mangaliat juga mengkritik akses jalan ke Haranggaol yang sangat parah. Selain itu, beberapa kali kasus ikan mati secara massal yang terjadi di Haranggaol mengindikasikan ekosistem di sana telah rusak parah. Sesuai dengan konsep geopark untuk geowisata, Haranggaol belum ada dijamah sama sekali. Yang ada baru plang yang berbunyi 'Anda Memasuki Kawasan Geopark Kaldera Toba'," kata Mangaliat.
"Jadi omong-kosong area geosite Haranggaol dijadikan sebagai salah satu andalan geositenya GKT di Kabupaten Simalungun. Kalau keadaannya seperti itu terus, jangankan turis mancanegara yang akan datang, turis lokal saja pasti mikir tujuh keliling datang ke sana," tegas Mangaliat.
GM GKT Wan Hidayati yang dikonfirmasi medanbisnisdaily.com, belum memberikan respon. Begitu juga dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Binsar Situmorang. Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Sumut, Richard Sidabutar, mengatakan akan segera menjawab konfirmasi medanbisnisdaily.com. "Sebentar ya, ini masih ada rapat di Kejagung RI," katanya singkat.
Kondisi Danau Toba di Haranggaol kembali menjadi pembicaraan publik setelah disorot sejumlah media beberapa hari ini. Bahkan dalam wawancara dengan salah satu media, Camat Haranggaol Sabolas Pasaribu mengaku tidak bisa berbuat banyak, mengingat KJA itu sudah lama ada di sana.