Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ancaman Rektor Universitas Sumatra Utara, Prof Runtung Sitepu, yang akan mencabut izin Persma Suara USU karena memuat cerpen berjudul "Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya" karya Yael Stefany Sinaga, ditanggapi secara beragam, baik oleh pekerja pers maupun kalangan sastrawan di Sumatra Utara.
Mantan Pemimpin Umum Suara USU, Dinda kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (22/3/2019) mengatakan, sangat tidak etis bila Suara USU dibubarkan hanya karena cerpen. "Saya merasa tidak ada masalah dengan cerpennya. Itu kan bagian dari ekspresi penulis," kata Dinda.
Dilanjutkannya, tentang rencana pencabutan izin itu, masih disampaikan kepada wartawan, belum kepada pengurus (Suara USU-red).
Hal sama juga disampaikan T Agus Chaidir, sastrawan asal Sumatra Utara yang juga seorang editor di salah satu media terbitan Medan. Menurut Agus, dari sisi jurnalistik, sikap rektor terlalu berlebihan. Dari sisi sastra, menurut Agus, cerpen itu memang masih terlalu telanjang menggambarkan isu LGBT.
"Menurutku cerpen itu memang masih terlalu telanjang, sehingga kurang tepat dimuat di media umum," terangnya.
Sebelumnya, Prof Runtung mengancam akan mencabut izin Suara USU karena memuat cerpen tersebut di website mereka. Dalam satu wawancara di salah satu media, Kamis (21/3/2019).
Runtung mengatakan akan mencabut izin Suara USU karena tidak mencerminkan visi-misi USU yang dengan tegas menolak LGBT.
Namun menurut pengakuan penulisnya, cerpen itu baru menuai polemik setelah diposting di media sosial pada 18 Maret 2019 lalu. "Sewaktu masih diposting di website Suara USU, tidak ada komentar," kata Yael.
Melengkapi informasi, cerpen "Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya" bercerita tentang tokoh "aku" (perempuan) yang memiliki perasaan khusus dengan Laras (tokoh perempuan lainnya).
Dikisahkan, tokoh "aku" berasal dari keluarga broken home. Ayahnya seorang pengusaha yang merugi dan ibunya wartawati yang menjadi buronan karena aktivitas jurnalistiknya. Singkatnya, tokoh "aku" tidak terima ketika Laras akan menikah. Di acara pertunangan Laras, ia pun menyampaikan perasaannya itu.