Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanah Karo. H-5 Cengbeng, Minggu (31/3/2019), peziarah tahunan warga etnis Tionghoa mulai terlihat ramai mendatangi pekuburan Pek Kong, Vihara Kshitigarba di Desa Peceren, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo, Sumatra Utara. Warga ziarah ke makam orang tua atau leluhur, sekaligus berkumpul bersama keluarga jauh menjelang hari raya Cina tersebut.
Tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sembahyang Cengbeng diwarnai pembersihan makam keluarga dan penempatan aneka buah-buahan dan kue. Momen ziarah kubur ini juga dijadikan momentum berkumpul sanak keluarga yang tinggal berjauhan.
Acun, pria kelahiran Berastagi, domisili Jakarta. Kepada medanbisnisdaily.com, ia mengatakan, biasanya jika tidak ada halangan berat warga Tionghoa akan datang untuk menziarahi orang tua atau leluhur mereka.
"Kalau Imlek, biasa tidak pulang ke kampung halaman. Tetapi jika Ceng Beng semaksimal mungkin akan kita upayakan datang," kata Acun.
Hal senada juga diungkapkan peziarah lainnya, Awie. Menurut warga Medan ini, selain menghormati leluhur, Cengbeng juga sebagai ajang silaturahmi antar keluarga yang sudah beberapa lama tidak bertemu.
"Keturunan satu ayah-ibu mungkin lebih sering jumpa. Tetapi kalu keturunan kakek atau buyut, tentunya sudah lebih jarang bertemu. Cengbeng lah yang mempertemukan," ungkap Awie.
Kata Awie, banyak di antara peziarah yang tinggal di luar Pulau Sumatera, bahkan tidak sedikit yang datang dari luar negeri.
"Dari luar kota, luar Pulau Sumatera, bahkan yang domisili di Malaysia atau Singapura juga datang. Banyak keturunan etnis Tionghoa asal Berastagi yang sudah tinggal di luar negeri. Tetapi momen ini tetap dijadikan untuk mempererat persaudaraan, sekaligus saling mengenal keturunan yang masih berusia muda," ujar Awie mengakhiri.
Pantauan di lapangan, selain bersembahyang di makam, peziarah juga melakukan pembakaran dan pemasangan hio atau dupa serta Kim Cua (kertas emas) untuk dewa, dan Gun Cua (kertas perak) untuk leluluhur di vihara.