Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Diskusi dengan tema "Merebut Suara Pekerja Seks" yang digelar di Literacy Coffee (LC), Jalan Jati II No 1 Teladan Timur, Medan, Selasa malam (9/4/2019), berkembang membahas sebab musabab seseorang menjadi pelaku LGBT (lesbi, gay, biseksual, transgender). Salah seorang peserta diskusi, Herman yang mengaku seorang gay, menolak pendapat salah seorang peserta diskusi lainnya yang menyatakan LGBT disebabkan karena perlakuan orangtuanya yang kejam.
"Saya ini gay. Saya tidak sependapat kalau kita begini karena orangtua. Saya ini anak pertama, saya sangat disayangi orangtua. Kenapa saya begini, itu bukan salah orangtua," katanya.
Herman pun menceritakan pengalaman dirinya sendiri. Ia mengatakan, saat tamat SMA ia mengaku pernah diperkosa. Menurut Herman, banyak orang di Medan menjadi LGBT karena mereka mendapat imbalan. Baik uang atau pun barang.
"Saya akui saya juga pernah dibayar. Saya juga dulu punya dampingan seorang yang lesbi, yang mengaku jadi seperti itu karena memang dibayar. Jadi jangan bilang karena orangtua yang kejam," katanya lagi.
Bahkan lanjut Herman, di organisasi yang diikutinya ada standar bahwa yang tergabung di situ adalah mereka yang dibayar.
Diskusi ini digelar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat Institut Teknologi Medan (ITM). Topik utama adalah membahas "Merebut Suara Pekerja Seks dalam Pemilu".
Ketua GMKI Komisariat ITM, James Sinaga, mengatakan, diskusi ini sebagai wadah untuk memberikan porsi kepada PSK menyuarakan pendapatnya sebagai warga masyarakat yang punya hak politik dalam negeri demokrasi.
Adapun pembicara dalam diskusi Martin Siahaan (Kabid Aksi Pelayanan PP GMKI 2016-2018) Lusty Malau (Pendiri Perempuan Hari Ini) Leli Opsi (Koordinator Provinsi Sumut Organisasi Perubahan Sosial Indonesia) dengan moderator Benyamin Harahap (Biro Aksi Pelayanan GMKI ITM 2018-2019)