Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumatra Utara (Sumut) menilai, langkah Eropa yang melakukan black campaign sawit adalah dampak dari kampanye yang dilakukan NGO Lingkungan. Apalagi, kampanye itu membuat sawit jadi dinilai negatif di pasar Eropa.
"Black campaign itu sebenarnya kan ada alasannya. Karena dinilai deforestasi dan segala macam alasan. Produk sawitnya itu sendiri bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Pemerintah kan saat ini sedang banding ke WTO juga ya," kata Sekretaris Gapki Sumut, Timbas Prasat Ginting, Jumat (19/4/2019).
Timbas mengatakan, pihaknya mendukung peran pemerintah yang lebih besar dalam memperjuangkan sawit. Bahkan, dia juga mendorong adanya pemakaian dalam negeri yang lebih besar agar Indonesia tidak tergantung pada pasar luar negeri.
"Tingkatkan pemanfaatan CPO untuk dalam negeri baik itu oil food dan energi, seperti mesin-mesin PLN itu pakai dengan B100 semua. Jadi, penyerapannya bisa maksimal, tidak perlu lagi kita pasar ekspor," ujarnya.
Timbas menilai berapa juta ton lagi yang bisa dikurangi ekspor jika untuk dalam negeri terpenuhi. Termasuk jika semua bisa diserap ke dalam negeri, maka tidak perlu lagi pasar luar negeri itu.
"Bayangkan saja sebelumnya 5,4 juta ton per tahun kita ekspor terus turun jadi 4,7 juta ton di tahun 2018. Jika diserap lebih banyak maka bisa saja ekspor itu bisa kita stop total," jelasnya.
Apalagi, kata dia, jika pemerintah menerapkan untuk semua mesin pembangkit diesel PLN pakai B100. Maka Indonesia bisa menerapkan embargo sendiri.
"Itu kan ada green diesel itu dari sawit. Itu kan larangan ke Eropa hanya untuk biodiesel. Sementara produk turunannya yang lain tidak dilarang. Kenapa tidak kita embargo dan setop saja semua produk turunannya ke Eropa?," katanya.
Timbas pun menilai semua itu terjadi akibat adanya black campaign. Black campaign terjadi akibat adanya protes dan berbagai kampanye yang dilakukan LSM atau NGO Lingkungan di Indonesia salah satunya.
"Padahal mereka kan menerima pendanaan dari luar negeri juga untuk aktivitas mereka, salah satunya dari lembaga donor Amerika. Jadi, sebenarnya kalau kita mau fight ya ayo kita setop saja semua produk turunan sawit ke Eropa termasuk oleochemical dan lainnya. Kita embargo saja sekalian semuanya. Kita serap ke dalam negeri semua," tuturnya.