Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Boydo Panjaitan, anggota DPRD Medan mengaku diculik. Ia dipaksa masuk ke dalam mobil, dianiaya, dan dibawa ke lahan kosong, kembali dianiaya, lalu dibebaskan. Kasus penculikan itu pun dilaporkan ke polisi dan seorang yang diduga penculik sudah ditangkap.
Kabar kasus penculikan ini berawal terkait dugaan penggelembungan suara salah seorang caleg DPRD Medan dari PDIP. Wing Zore Ketaren, caleg DPRD Medan dari PDI Perjuangan dari daerah pemilihan 1, adalah salah satu yang perolehan suaranya digelembungkan di Kecamatan Medan Helvetia.
Penggelembungan diduga dilakukan Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan bernama Kunhidayat, yang oleh komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan Rinaldi Khair disebutkan saat ini tengah menghilang.
Suara Wing Zore yang semula cuma 900-an bertambah. Tambahannya di antaranya didapatkan dari kepunyaan caleg PDIP lainnya, Edward Hutabarat dan juga dari suara partai. Sedemikian rupa "disulap" Kunhidayat sesuai pesanan.
Karena Edward melakukan protes (9/5/2019), suaranya dikembalikan dan disebut-sebut berhasil mendapatkan satu kursi dan lolos menjadi anggota DPRD Medan periode 2019-2024.
Oleh KPU Medan kemudian terhadap penghitungan suara di Medan Helvetia dilakukan rekapitulasi di Grand Inna, Medan, Jumat (10/5/2019). Sebagai saksi PDIP saat itu adalah Boydo Panjaitan.
Kepada medanbisnisdaily.com, oleh salah seorang komisioner, Rinaldi Khair, dinyatakan saat rekapitulasi dilakukan perbaikan terhadap perubahan perolehan suara.
"Ada keberatan terhadap perolehan suara caleg PDIP sehingga dilakukan perbaikan," kata Rinaldi.
Seusai acara rekapitulasi, sekitar pukul 16.00 WIB, dari bagian dalam (lobby), terlihat Boydo dan Wing Zore berbincang di depan pintu masuk hotel (Grand Inna). Tidak terdengar apa yang mereka bahas. Sepintas tak terlihat ada ketegangan dalam percakapan mereka.
Kurang lebih 20 menit kemudian keduanya berjalan menuju sisi sebelah kanan hotel, sekitar 6 m, tempat mobil menunggu. Mobil berwarna merah, type SUV merek Honda (bukan Jazz dan bukan pula HR-V). Plat nomor kendaraan BK 1002 YV.
Tidak terlihat Wing Zore berusaha menarik atau menyeret paksa Boydo agar ikut dengannya. Barulah setelah berada di dekat mobil saat hendak diajak masuk tampak dia melawan. Menolak untuk masuk, dengan wajah seperti ketakutan. Namun Wing Zore tetap menariknya.
Dari arah dalam kemudian keluar seorang lelaki. Dia ikut membantu Wing Zore memaksa Boydo masuk ke dalam mobil. Berhasil.
"Kau dari sebelah sana, kunci pintunya," kata Wing Zore mengarahkan temannya.
Jadilah Boydo dipaksa masuk ke dalam mobil. Diapit Wing Zore di sebelah kiri dan temannya dari kanan. Pukul 16.37 WIB.
Sesungguhnya, karena terkait kegiatan rekapitulasi suara oleh KPU, di sekitar Grand Inna ada banyak aparat kepolisian bertugas. Berjaga melakukan pengamanan.
Namun Boydo tidak melakukan perlawanan apapun. Kendati mengetahui dirinya hendak diseret paksa oleh Wing Zore. Mungkin dia tidak akan dibawa pergi jika ada upaya perlawanan darinya.
Medanbisnisdaily.com tidak sempat merekam peristiwa penarikan paksa tersebut karena di sekitar mobil terdapat beberapa orang anggota Wing Zore lainnya. Bahkan untuk menyaksikan lebih dekat, dicegah.
Kepada medanbisnisdaily.com, Boydo Panjaitan menceritakan peristiwa penculikan yang dialaminya. Ia mengaku peristiwa naas itu dialaminya, Jumat, 10 Mei 2019, sesaat hendak meninggalkan Hotel Grand Ina Medan, tempat digelarnya Rapat Pleno Terbuka Rekaputulasi Suara Pemilu Serentak 2019 oleh KPU Medan.
Ketua Komisi C DPRD Medan itu menyebut diculik karena membongkar kecurangan salah seorang caleg pada rapat pleno KPU Medan. Namun Boydo tidak menceritakan secara detail bagaimana kecurangan terjadi.
"Saat rekapitulasi untuk Kecamatan Medan Helvetia, itulah saya membongkar kecurangan. Di situ saya disasar, berarti kan ada suatu hal yang dimanipulasi, logikanya seperti itu," ujar Boydo, Selasa (14/5/2019).
Caleg PDIP yang keberatan dengan tindakannya membongkar kecurangan itu langsung mencegatnya saat hendak meninggalkan hotel.
"Dipaksa naik mobil. Ya memang sudah saya serakan laporan itu di BAP polisi dan saya mendengar dari pihak kepolisian sudah menangkap pelakunya," ujar Boydo.
Saat berada di dalam mobil, Boydo mengaku diintimidasi, dianiaya dengan cara memukul tulang rusuk. "Kalau tidak salah ada 4 orang di mobil," terangnya.
Setelah itu, tak lama berselang Boydo dibawa ke sebuah lahan kosong, penganiayaan pun berlanjut. Dia dikeluarkan dari dalam mobil kemudian dipukul oleh si caleg dan dianiaya oleh lebih banyak orang.
"Saya memang dipukul di bagian pipi kening ada di belakang kepala ada hampir 4 kali," ungkap Boydo.
Setelah dianiaya Boydo kemudian dibebaskan. Namun ia tidak secara detail menceritakan proses pembebasannya. Dia hanya menyebut pembebasannya itu merupakan keajiban yang diberikan Tuhan.
"Tuhan lah bekerja, handpone sudah diambil. Saya banyak berdoa di situ, saya sempat di bawa keluar dari tempat itu. Lalu keluarga menelpon ke handpone saya, lalu saya dikembalikam ke tempat itu, dan akhirnya kita dijemput," ujar Boydo.
Meski menjadi korban penculikan, Boydo mengaku tidak mendapat empati dari partainya. Sebab, DPC PDIP Medan dan DPD PDIP Sumut malah menganggap kejadian tersebut seperti angin lalu.
"Saya diculik, kenapa pengurus partai di Medan dan di Sumut menganggap ini kasus sepele?" katanya.
Karena tidak ada respon dari pengurus partai di Medan dan Sumut atas kejadian yang menimpanya. Boydo mengaku melaporkan kejadian ini ke Tim Hukum DPP PDIP.
"Pak Trimediya dan Pak Junimart sudah turun langsung menangani kasus ini," ucapnya.