Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kisruh 22 Mei di Jakarta terkait hasil pemilu beri dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian. Berbagai sektor sejak kemarin telah mengeluhkan kerugian imbas aksi ini.
Salah satunya sektor perniagaan yang diprediksi menelan kerugian hingga senilai Rp 1,5 triliun. Melihat kondisi dan situasinya apa sebenarnya harapan para pengusaha?
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang menyebutkan bahwa harapan utama pengusaha adalah stabilnya perpolitikan sehingga dinamika-dinamika yang muncul tidak mengganggu aktivitas bisnis dan perdagangan.
"Kita sangat berharap agar dinamika politik ini cepat selesai, aman, nyaman dan indah sehingga tidak mengganggu aktivitas bisnis dan perdagangan," kata Sarman dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Kamis (23/5/2019).
Terlebih lagi hari raya lebaran akan segera datang. Masyarakat diprediksi akan membelanjakan uangnya untuk kebutuhan hari raya yang artinya membuka pintu keuntungan untuk pelaku bisnis. Namun, kenyamanan dan ketenangan diperlukan untuk menarik masyarakat berbelanja.
"Terlebih sebentar lagi masyarakat akan mulai berbelanja berbagai kebutuhan menghadapi Idul Fitri 1440 hijriah. Sangat dibutuhkan kenyamanan dan ketenangan," kata Sarman.
Lebih lanjut Sarman menjelaskan semakin banyaknya masyarakat yang berbelanja artinya angka konsumsi rumah tangga terdongkrak. Menurutnya, konsumsi rumah tangga menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi seluruh negeri.
"Konsumsi rumah tangga merupakan penopang pertumbuhan ekonomi kita. Dimana hampir 2,7% pertumbuhan ekonomi kita ditopang belanja rumah tangga," kata Sarman.
Sarman menyimpulkan konsumen yang berbelanja di bulan puasa mampu memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi. Khususnya di kuartal II.
"Artinya momen bulan ramadhan dan Idul Fitri sangat diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal 2 nanti sehingga bisa mencapai target pemerintah pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,3%," tutup Sarman.
Sebelumnya, Sarman mengestimasikan setidaknya terjadi kerugian hingga Rp 1,5 triliun pada sektor perniagaan karena aksi 22 Mei yang berujung ricuh. Bukan hanya kerugian, masyarakat pun menjadi takut dan khawatir untuk berbelanja.
"Praktis para pedagang mengalami kerugian omzet yang tidak sedikit akibat sepinya pengunjung dan kekhawatiran yang dirasakan. Kita perkirakan kerugian bisnis bisa mencapai lebih kurang Rp 1-1,5 triliun," ungkap Sarman.(dtf)