Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Brussels. Para pilot di kawasan Eropa merasa cemas setelah mengetahui Boeing 737 MAX tengah dipertimbangkan untuk kembali mengudara usai di-grounded secara global, menyusul dua tragedi mematikan Lion Air dan Ethiopian Airlines.
Teknologi yang bermasalah pada Boeing 737 MAX disebut berkontribusi pada jatuhnya Ethiopian Airlines ET 302 pada Maret lalu dan Lion Air JT 610 pada Oktober 2018, yang total menewaskan 346 orang. Badan-badan keamanan udara di seluruh dunia melarang Boeing 737 MAX untuk mengudara hingga perbaikan dilakukan.
Dalam pernyataan pada Rabu (22/5) lalu, Otoritas Penerbangan Federal AS atau FAA menyatakan bahwa Boeing belum menyerahkan perbaikan yang diusulkan, yakni terhadap sistem kendali otomatis, MCAS yang bermasalah, yang akan dikaji ulang. Namun FAA menyebut sejumlah maskapai di AS tampak siap kembali mengoperasikan Boeing 737 MAX di udara.
American Airlines dan Southwest Airlines sama-sama memiliki jadwal penerbangan dengan Boeing 737 MAX pada Agustus mendatang, yang diharapkan telah diperbolehkan mengudara lagi saat itu.
Seperti dilansir AFP, Jumat (24/5/2019), Asosiasi Kokpit Eropa (ECA), yang mewakili lebih dari 38 ribu pilot dari 36 negara Eropa, menyatakan bahwa skandal Boeing 737 MAX telah merusak kepercayaan pada otoritas keamanan udara AS.
"Bagi para pilot Eropa... ini sungguh mengganggu bahwa baik FAA dan Boeing mempertimbangkan untuk memulihkan operasional, namun gagal untuk membahas soal banyak pertanyaan menantang yang dipicu oleh filosofi desain (Boeing 737) MAX," sebut ECA dalam pernyataannya.
Otoritas penerbangan global berkumpul di Forth Worth, Texas, AS pada Kamis (23/5/2019) waktu setempat untuk membahas Boeing 737 MAX. Pertemuan ini digelar saat FAA berupaya meraup kembali kepercayaan publik setelah dituduh lamban dalam menyikapi krisis.
Diketahui bahwa FAA menjadi otoritas penerbangan terakhir yang meng-grounded Boeing 737 MAX. Setelah sejak lama dianggap sebagai 'standar emas' secara internasional, reputasi FAA ternoda di tengah terbongkarnya laporan bahwa FAA mengizinkan Boeing untuk mensertifikasi sendiri sejumlah fitur pada Boeing 737 MAX.
Pekan lalu, Boeing menyatakan pihaknya telah menyelesaikan update software untuk mengatasi masalah pada sistem anti-stall MCAS pada Boeing 737 MAX.
Kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air yang sama-sama melibatkan Boeing 737 MAX, diduga dipicu oleh sistem MCAS yang secara otomatis menurunkan hidung pesawat berdasarkan informasi sensor yang keliru. Sistem MCAS yang beroperasi secara otomatis ini menghambat upaya pilot untuk mengendalikan secara manual.
Presiden ECA, Jon Horne, mendorong Boeing untuk terang-terangan soal desain Boeing 737 MAX, yang mengindikasikan bahwa sistem MCAS disesuaikan demi menghindari agar maskapai-maskapai tidak membayar mahal untuk pelatihan ulang para pilot.
"Boeing pada dasarnya membuat sebuah pesawat untuk memenuhi daftar harapan agar bisa laku terjual -- memenuhi metrik bahan bakar, biaya dan kinerja yang menarik, dan metrik kinerja, dengan minimum persyaratan pelatihan tambahan pilot," demikian pernyataan Horne.
"Namun persoalannya adalah tampaknya tidak ada regulator independen yang mengawasi ini secara mendalam dari perspektif keamanan dan meneliti dengan cermat hal yang disebut sebagai filosofi desain yang dipicu oleh prioritas komersial," tandasnya.(dtc)