Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Lima organisasi aktivis mengutuk keras penganiayaan yang dialami Koordinator Pemenangan Caleg DPR-RI PDIP dari Dapil Sumut III, Sihar Sitorus di Kabupaten Samosir, Parulian Silalahi. Kelima organisasi tersebut adalah Posko Perjuangan Rakyat (POSPERA) Sumut, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Medan, Pemuda Katolik Komda Sumut, Perhimpunan Nasional Aktivis (PENA) '98 dan R '98.
Pernyataan sikap 5 organisasi tersebut disampaikan pada konferensi pers di Medan, Jumat (31/5/2019). Disebutkan, sudah tidak zamannya lagi di era demokrasi sekarang ini bertindak dengan cara kekerasan alias premanisme.
Kata Sekjen R '98, Barita Lumbanraja, sangat disesalkan Parulian yang sudah berkontribusi memenangkan Sihar Sitorus diperlakukan sewenang-wenang. Ibarat habis manis sepah dibuang. Karena sudah jadi pemenang kursi DPR RI, anggota tim dianggap tidak perlu dihargai.
"Kami menuntut agar Kapolda Sumut, Irjen Agus Andrianto segera menangkap dan memenjarakan pelaku tindak penganiayaan terhadap Parulian Silalahi, yakni Charles Panjaitan," tegas Barita, didampingi Hotdiman Manik (Pemuda Katolik), Nicodemus Sitanggang (PENA '98), Ferdinandus Manik (PMKRI) dan Saddam Hussein Simatupang (POSPERA).
Barita dan para aktivis lainnya menegaskan akan ada aksi lanjutan yang lebih besar dilakukan jika Charles Panjaitan tidak segera dijebloskan ke dalam penjara.
"Ini harus jadi pembelajaran bagi siapapun terlebih politisi agar tidak bertindak semena-mena menyalahi ketentuan hukum," tegas Nicodemus.
Seperti diketahui, Charles yang merupakan Ketua Tim Pemenangan Sihar Sitorus pada 16 Mei 2019, diduga menganiaya Parulian di Posko Pemenangan Sihar Sitorus di Jalan Cipto, No 4, Kelurahan Anggrung, Medan Polonia, Kota Medan. Penganiayaan terhadap dirinya sudah dilaporkan kepada Polsek Medan Baru. Juga kepada Sihar Sitorus.
Tutur Parulian, pemukulan terhadap dirinya berawal ketika dia menagih janji pembayaran reward karena berhasil memenangkan Sihar di Kabupaten Samosir. Sebagaimana pernah dinyatakan Charles secara tertulis di atas sehelai kertas tertanggal 21/1/2019, setiap suara kepada Sihar akan diganjar reward Rp 10.000. Uang itu dibagi empat, yakni Rp 5.000 untuk tim di TPS, Rp 2.000 koordinator desa dan masing-masing Rp 1.500 bagi koordinator kecamatan serta koordinator kabupaten.
Di Samosir, Parulian memimpin tim pemenangan dan berhasil mengumpulkan suara untuk Sihar sebanyak 15.049. Namun, katanya, bukan reward yang didapatkan, tapi penganiayaan. Bahkan, saat ditagih, Charles marah-marah dan membantah kalau ada menjanjikan reward berupa uang untuk setiap suara yang diperoleh Sihar.
"Sayangnya waktu itu aku tak membawa catatan yang ditandatangani si Charles tentang janji reward itu," ujar Parulian.
Kepada medanbisnisdaily.com dia memperlihatkan kertas bertanda tangan atas nama Charles. Selain janji pembayaran reward juga rincian pembayaran kebutuhan tim pemenangan di Samosir selama lima bulan (sejak Desember 2018 hingga April 2019), yakni sejumlah Rp 513.850.000. Untuk pembayaran kebutuhan lima bulan tersebut, sebagaimana 18 kabupaten/kota lainnya yang masuk dalam dapil Sumut II, sudah tidak ada masalah alias lunas.
Kepada Sarluhut Napitupulu, sekretaris tim pemenangan Sihar dan tim sukses lainnya yang saat itu tengah berada di Jalan Cipto, Parulian berusaha menjelaskan pemukulan terhadap dirinya. Sesudah itu dia langsung melaporkan peristiwa penganiayaan tersebut ke Polsek Medan Baru. Setelah terlebih dahulu membuat visum di RSU Brimob Polda Sumut
Kepada Sihar lewat aplikasi percakapan WhatsApp, peristiwa naas yang menimpanya juga dilaporkan. Oleh Sihar dijawab dengan dua pertanyaan baru; "Apa masalahnya sampel dipukuli?" dan "Siapa saksi?"
Charles dan Sarluhut yang ditemui medanbisnisdaily.com soal penganiayaan terhadap Parulian di salah satu mall di kawasan Jalan Ringroad Medan, Rabu (29/5/2019), keduanya membantah terjadi pemukulan. "Fitnah itu," ujar Charles.
Keduanya kompak menyatakan belum tahu kalau Parulian sudah melapor ke Sihar dan kepolisian. Tentang wajah Parulian yang berdarah-darah akibat dipukul dan visumnya tengah dibuat, ditepis kalau hal itu akibat dipukul. "Terserah dia (Parulian-red) saja mau melapor ke mana," kata mereka.
Charles membantah pernah menjanjikan reward kepada Parulian dan 18 koordinator tim pemenangan kabupaten/kota lainnya. Terbukti koordinator lainnya tidak ada yang menuntut.
"Dulu memang pernah ada wacana tentang reward itu, tetapi tidak jadi dilakukan," terang Charles.
Partoba membenarkan pernyataan Charles soal reward Rp 10.000 per suara yang pernah diwacanakan. Namun tidak pernah ada keputusan bahwa hal itu akan dilaksanakan.
Pemukulan kepada Parulian oleh Charles dibenarkannya terjadi. Disaksikan olehnya secara langsung.
"Sebanyak tiga kali si Parulian ditonjok, peristiwanya berlangsung cepat, sekitar dua menit," ungkap Partoba.
Sihar yang ditanya tanggapannya melalui aplikasi WhatsApp terkait pemukulan yang diduga dilakukan Charles kepada Parulian menjawab diplomatis.
"Saya pikir pertanyaannya lebih tepat kepada kedua belah pihak," jawabnya.
Parulian mengaku tidak masalah kalau memang uang reward yang ditagihnya tidak ada atau batal diberikan. Hanya, karena yang didapatkannya justru penganiayaan, maka persoalan jadi panjang.
"Akan saya buat panjang masalah ini jika tidak mau mereka menyelesaikan," tegas Parulian.