Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pergerakan mayoritas saham hari ini berada di zona merah. Saham-saham di bursa global ditutup lebih rendah dari perdagangan sebelumnya. Penurunan ini disinyalir bersumber dari minimnya sentimen positif yang menunjang pergerakan harga saham. Disamping itu, aksi profit taking juga mewarnai perdagangan hari ini setelah saham-saham di bursa Asia menguat selama dua hari berturut-turut.
Pada penutupan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 29 poin atau turun 0,47% di level 6.276. Level tertinggi IHSG berada di level 6.296 dan terendah di level 6.257.
"Peregerakan IHSG hari ini tertekan di hampir semua sektor saham kecuali sektor properti yang menguat tipis 0,2%. Sementara 8 sektor saham lainnya mengalami koreksi," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, Rabu (12/6/2019).
Sektor saham pertambangan menjadi sektor yang paling tertekan. Hal ini seiring dengan permintaan tambang batubara yang turun tajam dari dalam maupun luar negeri. Padahal produksi tambang batubara terus berjalan sehingga ini menyebabkan kelebihan pasokan dan berimbas pada penurunan harga tambang. Untuk saham sektor pertambangan hari ini mengalami penurunan sebesar 1,58%. Lalu diikuti oleh pelemahan saham sektor infrastruktur 1,4% dan manufaktur 0,71%.
Sementara di bursa global, indeks Hangseng terpantau turun 1,73%, indeks kospi turun 0,4%, indeks Shanghai turun 0,558%, dan Nikkei turun 0,352%. Begitu pun dengan saham-saham yang berada di wallstreet yang juga mengalami pelemahan seiring dengan minimnya sentimen positif. Indeks Dow Jones turun tipis 0,054%, Indeks Nasdaq turun 0,008%, Indeks S&P juga tuurn 0,035% sementara indeks NYSE berhasil menguat tipis 0,093%.
Disisi lain, nilai tukar rupiah juga mengalami pelemahan 0,6% di level 14.271/dolar AS. "Rupiah akhirnya terkoreksi setelah beberapa hari mengalahkan dolar AS. Pelemahan ini tak hanya terjadi pada rupiah. Beberapa mata uang negara lainnya juga melemah seperti dolar Singapura, peso dan yuan," kata Gunawan.