Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Dalam sebuah kesempatan, kaum milenial di Medan mulai bersuara menyikapi situasi Kota Medan menjelang Pilkada Serentak 2020. Mereka menyuarakan agar Ketua DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon yang merupakan putra asli Sumatera Utara untuk maju di Pilkada Medan. Sebab, kepemimpinan saat ini tidak mampu mebawa perubahan di Kota Medan.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Demokrat Sumut, Herri Zulkarnain mengatakan siapa saja berpeluang diusung partainya pada Pilkada Kota Medan 2020, baik dari kalangan internal maupun ekternal.
Maka dari itu, Demokrat sudah mulai melakukan komunikasi atau penjajakan dengan sejumlah tokoh atau putra daerah mengenai kemungkinan diusung pada Pilkada 2020. Apalagi, ada 23 kabupaten/kota yang melaksanakan pilkada di Sumut.
"Mengenai Jansen untuk diusung pada Pilkada Medan mungkin saja. Tapi idealnya dia maju di Pilkada Pakpak Bharat, karena itu kampung halamannya, putra daerah disana, akan lebih baik karena lebih menguasai wilayahnya," ucapnya di Medan, Minggu (16/6/2019).
Dalam kesempatan itu, Herri berpesan agar masyarakat dalam memilih calon pemimpin daerahnya lebih karena visi - misi yang ditawarkan untuk memajukan daerahnya.
"Jangan lagi terpaku pada politik uang," jelasnya.
Seperti diberitakan, Mantan Sekjen DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadyah, Qahfi Romula Siregar mengaky gelisah dan prihatin melihat situasi Kota Medan saat ini.
Sebab, dibawah kepemimpinan Dzulmi Eldin sebagai wali kota dinilai sudah gagal.
"Pemerintahan sudah berjalan sekitar 4 tahun, tapi tidak ada tanda-tanda perbaikan. Mengutip tagline politik Dzulmi Eldin pada kampanye 2015 yang lalu, 'Medan Rumah Kita' tapi jika Kota Medan diibaratkan sebagai sebuah rumah, maka rumah itu bisa kami gambarkan seperti pondasi dan bentuk rumah sudah hancur dan hampir roboh, sedangkan segala perabotan rumah tangga yang berada di dalamnya sudah busuk dan bau," katanya.
Itu terjadi, menurutnya, akibat sering kali kota ini dihantam banjir saat hujan turun, halaman rumah sudah gundul, lingkungan gersang dan panas, karena tidak adanya taman dan ruang terbuka hijau.
"Tidak ada tempat bermain anak dan berkumpulnya keluarga yang cukup sehingga menimbulkan stres. Akses jalan menuju rumah juga hancur lebur, berlobang, dan macet. Lingkungan sekitar rumah juga kumuh dan tidak tertata rapi. Situasi lingkungan yang tidak aman karena tingginya kriminalitas dan kejahatan. Situasi ini pada akhirnya menyebabkan tamu menjadi takut dan malas untuk berkunjung ke rumah," bebernya lagi.